Minggu, 04 Agustus 2024

MATERI FASE F KELAS 11 SEMESTER GANJIL 2024

 Tugas Menguduskan (LITURGIA)

Doa dan ibadat merupakan salah satu tugas gereja untuk mengudukan umatnya dan umat manusia. Tugas ini disebut tugas Imaniah Gereja, yaitu Kristus, Tuhan, Imam Agung yang dipilih antara manusia mnejadikan umat baru. Oleh sebab itu gereja bertekun dalam doa, memuji Allah dan mempersembahkan diri sebagai korban yang hidup suci dan berkenan pada Allah.Gereja memiliki imamat umum dan imamat jabatan.

Imamat umum : tugas pengudusan, berdoa, menyambut sakramen, memberi kesaksian hidup.
Imamat Jabatan : Membentuk dan memmimpin umat, memberi pelayanan sakramen-sakaramen.

yang termasuk LITURGIA :


Doa : berbicara dengan Tuhab secara pribadi dan ungkapan iman secara pribadi.
  • Fungsi doa : Mengkomunikasikan diri kita Kepada Allah, mempersatukan diri kita kepada Tuhan, mengungkapkan kepercayaan terhadap Tuhan, mengangkat setiap karya kita mnejadi karya yang bersifat apostolis dan merasul.
  • Syarat doa yang baik : didoakan dengan hati, berakar dan bertolak dari pengalaman hidup, diucapakan dengan rendah hati.
  • Doa resmi gereja disebut IBADAT / LITURGI
Sakramen : merupakan liturgi dalam arti yagn paling penuh, yaitu sebagai lambang/simbol adalah melambangkan dan mengungkapakan karya penyelamatan Allah dan pengalaman dasariah manusia yang terselamatkan. Sakramen mengungkapkan karya tuhan yang menyelamatkan. Sakramen juga meningkatkan dan menjamin mutu hidup kita sebagai orang Kristiani.

7 Sakramen :
  • Sakaramen Baptis : sakramen yang menyatakan seseorang resmi menjadi anggota gerejadan memulai babak baru dalam kehidupan dengan Kristus yang menjiwai dia melalui Roh-Nya, maka segala pelanggaran dan dosa yang telah diperbuatnya dihapus.
  • Sakramen Krisma : menjadi tanda kedewasaan seseorang yang turut serta bertanggungjawab ataas kehidupan umat Allah dan diutus untuk memperjuangkan cita-cita Kristus dalam Gereja dan Masyarakat.
  • Sakramen Tobat : Sakramen yang menyatakan penesalan dan mohon ampun seseorang atas dosa-dosanya serta berjanji akan memperbaiki dan memperbaharui diri.
  • Sakramen Ekaristi : Sakramen yang merupakan tanda kesatuan kita dengan Allah, yang dinyatakan dalam hosti suci yang kita ambut setiap perayaan Ekaristi.
  • Sakramen Perminyakan Orang Sakit : Sakramen yang diberikan pada seseorang yagn sakit keras dan menghadapi maut dengan Roh Kudus yang ditandakan dengan minyak, agar penderitaannya menjadi lebih serupa denga Kristus.
  • Sakramen Pernikahan : Sakramen yang menyatukan 2 cinta berdasarkan Kristus dan berlangsung seumur hidup serta mengandung panggilan luhur untuk membina keluarga sebagai tanda kasih setia Allah bagi setiap insan. Allah sendiri menjadi penjamin kesetiaan, jadi apa yang disatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia.
  • Sakramen Imamat : Sakramen yang mengesahkan dan melantik para pelayan umat untuk menjadi pewarta sabda Allah dan pewarta Keselamatan bagi umat manusia.
Sakramentali : tanda-tanda suci yang berupa pemberkatan, yakni pemberkatan orang, benda, atau barang rohani.

Devosi adalah bentuk penghormatan kebaktian khusus orang atau umat beriman kepada rahasia kehidupan Yesus yang tertentu yang bertujuan untuk semakin menguatkan iman kita kepada Allah dalm diri Yesus Kristus.

Jumat, 19 Juli 2024

 Panggilan Hidup Berkeluarga 


Matius 19:1-6

“Setelah Yesus selesai dengan pengajaran-Nya itu, berangkatlah Ia dari Galilea dan tiba di daerah Yudea yang di seberang sungaiYordan. 
2 Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan Iapun menyembuhkan mereka di sana. 3 Maka datanglah orang-orangFarisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: “Apakahdiperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?”
4 Jawab Yesus: “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakanmanusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?
5 ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadisatu daging. 
6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”

Peneguhan
1)         Perkawinan itu persekutuan cinta antara pria dan wanita yang secarasadar dan bebas menyerahkan diri beserta segala kemampuannya untukselamanya. Dalam penyerahan itu suami isteri berusaha makin salingmenyempurnakan dan saling membantu. Hanya dalam suasana salingmenghormati dan menerima inilah, dalam keadaan manapun juga, persekutuan cinta itu dapat berkembang hingga tercapai kesatuan hatiyang dicita-citakan.

2)   Tuhan menghendaki agar kesatuan antara suami dan istri tidakterceraikan, karena perkawinan merupakan tanda kesetiaan Allahkepada manusia dan kesetiaan Kristus kepada Gereja-Nya. Ataudengan kata lain: menjadi tanda kesetiaan cinta Allah kepada setiaporang. Menjadi saksi akan kesetiaan perkawinan yang tak terceraikan ini adalah salah satu tugas pasangan Kristiani yang paling genting saatini, di saat dunia dikaburkan oleh banyak pandangan yang menurunkanderajat perkawinan, seolah hanya pelampiasan keinginan jasmani semata. Jika pasangan suami istri dan anak- anak hidup dalam kasih yang total, maka keluarga menjadi gambaran nyata sebuah Gereja,sehingga tepatlah jika keluarga itu disebut sebagai Gereja kecil atau ecclesia domestica. Sebab dengan menerapkan kasih seperti teladan Kristus, keluarga turut mengambil bagian di dalam hidup dan misi Gereja dalam membangun Kerajaan Allah.

Menurut Ajaran Gereja:

1) Arti dan Makna Keluarga
Keluarga adalah Sekolah Kemanusiaan yang kaya. Akan tetapisupaya kehidupan dan perutusan keluarga dapat mencapai kepenuhan,dituntut komunikasi batin yang baik, yang ikhlas dalam pendidikan anak. Kehadiran ayah yang aktif sangat menguntungkan pembinaan anak-anak, perawatan ibu di rumah juga dibutuhkan anak-anak dan seterusnya. (GS.52)

2) Tugas dan tanggung jawab seorang suami/bapak
a)    Suami Sebagai Kepala Keluarga
Sebagai kepala keluarga suami harus bisa memberi nafkah lahir-batin kepada istri dan keluarganya. Mencari nafkah adalah salah satu tugas pokok seorang suami, sedapatnya tidak terlaludibebankan kepada isteri dan anak-anak. Untuk menjamin nafkah ini sang suami hendaknya berusaha memiliki pekerjaan.

b)    Suami Sebagai Partner Istri
Perkawinan modern menuntut pola hidup partnership. Suami hendaknya menjadi mitra dari istrinya. Pada masa sekarang ini banyak wanita yang menjadi wanita karier. Kalau istri adalah wanita karier, maka perlulah suami menjadi pendamping, penyokong dan pemberi semangat baginya. Dalam kehidupan rumah tangga istri pasti mempunyai  banyak tugas dan pekerjaan. Janganlah membiarkan dia sendiri yang melakukannya, hanya karena sudah mempunyai pembagian tugas yang jelas dalam rumah tangga. Banyak istri yang merasa tertekan, merasa tidak diperhatikan lagi, karena apa saja yang dibuatnya tak pernah masuk dalam wilayah perhatian suaminya.

c)    Suami Sebagai Pendidik
Orang sering berpikir dan melemparkan tugas mendidik anak-anak pada istri/ibu, padahal anak-anak tetap memerlukan sosok ayah dalam pertumbuhan diri dan pribadi mereka. Sosok ayah tak tergantikan.

3) Tugas dan tanggung jawab seorang istri/ibu
a)   Istri sebagai hati dalam keluarga
Suami adalah kepala keluarga, maka isteri adalah ibu keluarga yang berperan sebagai hati dalam keluarga. Sebagai hati, istri menciptakan suasana kasih sayang, ketenteraman, keindahan, dan keharmonisan dalam keluarga.

b)   Istri sebagai mitra dari suami
Sebagai mitra, istri dapat membantu suami dalam tugas dan kariernya. Bantuan yang dimaksudkan di sini, seperti memberi sumbang saran dan dukungan moril hal yang pertama lebih bersifat rasional dan yang kedua lebih bersifat afektif. Dukungan moril yang bersifat afektif lebih berarti bagi suami.

c)    Istri sebagai pendidik
Istri/Ibu merupakan pendidik yang pertama dan utama dari anakanaknya. Hal ini berarti bahwa ibu adalah pendidik ulung. Ada ungkapan bahwa “Surga berada di bawah telapak kaki ibu” artinya adalah kita tidak boleh berani terhadap orang tua terutama sekali kepada ibu kita.

4) Kewajiban Anak-anak Terhadap Orang Tua
  • Kewajiban-kewajiban anak terhadap orang tuanya tidak statis dan tidak selalu sama, melainkan dipengaruhi baik oleh perkembangan maupun oleh situasi dan kondisi. Semakin hari, anak hendaknya semakin mandiri. Orang tua makin lama makin tua membutuhkan anak-anaknya. Beberapa hal dasar yang menjadi kewajiban anak terhadap orangtua adalah: mengasihi orangtua, bersikap dan berperilaku penuh syukur, serta bersikap dan berperilaku hormat kepada orangtua.


5) Membina hubungan kakak-adik
  • Dalam keluarga masih ada saudara-saudara (kakak-adik) yang mempunyai hubungan timbal balik sebagai anggota-anggota satu keluarga. Hubungan ini memang bervariasi sesuai dengan masyarakat setempat.
  • Dalam mengembangkan keluarga sebagai persekutuan pribadi-pribadi, hubungan kakak-adik sebagai anggota-anggota keluarga inti sangat penting. Hal-hal yang perlu dikembangkan dalam hubungan kakak-adik adalah: kasih persaudaraan, saling membantu dan saling menghargai. Pengalaman hidup bersama dan proses-proses awal dari sosialisasi untuk hidup bersama berlangsung dalam keluarga di mana terdapat lebih dari satu anak (bdk. Katekismus Gereja Katolik no. 2219). 
  • Kakak-adik tak hanya dididik oleh orang tua, melainkan juga secara tidak langsung saling mendidik. Dengan bertengkar dan berdamai kembali mereka belajar dan berlatih mengolah konflik yang termasuk unsur hidup bersama (bdk. Katekismus Gereja Katolik no. 2219).


6) Cinta Kasih dan Komunikasi dalam Keluarga

a) Pentingnya cinta dalam hidup manusia
Kita bisa hidup dan berkembang sebagai manusia karena perhatian  dan cinta yang kita terima dan alami dari orang lain, dan karena cinta yang kita berikan kepada orang lain. Seluruh ajaran dan perbuatan Kristen justru berdasarkan pada cinta. “Hendaklah kamu
saling mencintai seperti Aku telah mencintai kamu”. (Yoh 15:12). Cinta membahagiakan orang dan memungkinkan manusia berkembang secara sehat dan seimbang. Cinta yang jujur dan persahabatan sejati antarmanusia memungkinkan perwujudan diri yang sehat dan seimbang, menghindar gangguan psikis, dapat menyembuhkan orang yang menderita sakit jiwa. Jadi apabila manusia belajar memberikan cinta dan menerima cinta, ia dapat sembuh dari perasaan kesepian dan banyak gangguan emosional. Selain itu cinta adalah kekuatan aktif dalam diri manusia, kekuatan yang mempersatukan manusia dengan sesamanya. Cinta yang demikian membiarkan manusia tetap menjadi dirinya sendiri dan mempertahankan keutuhan sendiri. Dalam cinta antara pria dan wanita, keduanya masing-masing dilahirkan kembali serta saling mengembangkan diri. Keduanya dipanggil untuk saling mencintai secara paling mesra dan intim. Keduanya saling memberi dan menerima secara fisik maupun psikis. Keduanya adalah partner yang membutuhkan cinta dari yang lain untuk membahagiakan satu sama lain.

b) Membina cinta dalam keluarga
Tujuan perkawinan pertama-tama ialah membina cinta kasih antara suami-isteri, menjalin hubungan perasaan yang mesra antara kedua partner yang ingin hidup bersama untuk selama-lamanya.

c) Cinta kasih yang menghargai teman hidup sebagai partner
Kebahagiaan di dalam hidup keluarga tidak terjadi secara otomatis. Setelah mempelai menerima berkat di Gereja dan diresmikan perkawinannya, kebahagiaan itu masih harus dibentuk dan dibangun, diwujudkan terus-menerus lewat perbuatan nyata seharihari.
Maka cinta dalam hidup berkeluarga perlu dibangun agar bertumbuh dan berkembang, perlu suasana “partnership” antara suami-isteri. Partnership berarti persekutuan atau persatuan yang berdasarkan prinsip kesamaan derajat, sehingga kedua-duanya menjadi “partner” yang serasi dalam memperjuangkan kepentingan bersama.

d) Cinta kasih yang menyerahkan dirinya sendiri
Cinta kasih dalam hidup perkawinan sangat menuntut suatu sikap penyerahan diri yang total, bukan hanya setengah-setengah saja. Kedua partner harus saling menyerahkan diri kepada yang lain tanpa perhitungan untung rugi bagi dirinya (tanpa pamrih) dalam bersama-sama membangun persatuan hidup, membangun kebahagiaan keluarga dengan sumbangan yang berbeda, sesuai dengan kodrat/peranannya masing-masing sebagai suami-isteri.

e) Komunikasi dalam Keluarga
Berkomunikasi berarti menyampaikan pikiran dan perasaan kita kepada pihak lain. Berkomunikasi tentang hal-hal yang sama-sama diketahui dan dirasakan akan terasa jauh lebih mudah dari pada mengenai bidang yang khas dunia sendiri. Namun untuk mencapai
keserasian hubungan antar manusia, untuk mencapai saling pengertian, justru yang paling perlu dikomunikasikan adalah dunia sendiri itu. Dunia suami, dunia isteri, dunia anak-anak yang sering sangat berbeda. Maka dalam berkomunikasi ada banyak hal yang harus diperhatikan, antara lain saling mendengarkan dan saling terbuka.

(1) Mendengarkan
Semua orang yang tidak tuli bisa mendengarkan. Tetapi yang bisa mendengar belum tentu pandai pula mendengarkan. Telinga bisa mendengar segala suara, tetapi mendengarkansuatu komunikasi harus dilakukan dengan pikiran dan hati serta segenap indra diarahkan kepada sipembicara.Banyak di antara kita yang merasa bahwa mendengarkan itu tak enak, sebab memaksa kita untuk menunda apa yang kita sendiri mau katakan. Betapa seringnya kita tidak mendengarkan ketika orang lain berbicara, karena kita sibuk sendiri memikirkan apa yang mau kita katakan. Mendengarkan dengan baik harus kita lakukan kalau betul-betul ingin membangun keluarga yang harmonis.

(2) Keterbukaan
Penilaian seseorang tidak mutlak benar. Oleh karena itu sulit terjadi komunikasi yang mengena dengan orang yang tidak dapat diubah dalam penilaiannya, seakan-akan itu sudah fakta mutlak yang tidak bisa ditawar lagi. Orang bisa begitu menutup diri terhadap masukan dari pihak lain yang bertentangan dengan penilaian sendiri. Setiap orang boleh, bahkan sepatutnya mempunyai sistem nilai, mempunyai keyakinan, mempunyai sikap, mempunyai pandangan, mempunyai kepercayaan dan pendidikan. Tetapi ia tidak mempunyai kemauan berkomunikasi kalau ia tertutup untuk mendengarkan, mencernakan masukan dari pihak lain. Orang yang mau senantiasa tumbuh sesuai dengan zaman adalah orang yang terbuka untuk menerima masukan dari orang lain, merenungkannya dengan serius, dan mengubah diri bila perubahan dianggapnya sebagai pertumbuhan ke arah kemajuan. Ada pun masukan dari pihak lain hanya terjadi melalui komunikasi dengan orang lain. Anda sudah sering mengalami, betapa enaknya berbicara dengan orang yang mempunyai sikap terbuka. Terbuka untuk menyatakan dan terbuka untuk mendengarkan. Terbuka untuk menyatakan diri dengan jujur, terbuka pula untuk menerima orang lain sebagaimana adanya. Keterbukaan tidak hanya menyangkut keyakinan dan pendirian mengenai suatu gagasan. Keterbukaan dalam berkomunikasi untuk menuju pertumbuhan melibatkan juga perasaan, seperti: kecemasan, harapan, kebanggaan, kekecewaan. Dengan lain kata, diri kita seutuhnya. Anggota keluarga yang saling terbuka, akan membangun keluarga yang sejahtera lahir-batin.

Kamis, 18 Juli 2024

Gereja sebagai Umat Allah Yang Terbuka 


       a.  Arti dan Makna Gereja sebagai Umat Allah
Istilah “Umat Allah” sudah digunakan dalam Perjanjian Lama yang kemudian dimunculkan dan dihidupkan kembali oleh Konsili Vatikan II setelah sekian lama Gereja menjadi terlalu hierarkis; didominasi oleh kaum rohaniwan dan awam yang adalah mayoritas dalam Gereja agak terdesak ke pinggir. Dengan paham Gereja sebagai Umat Allah, diakui kembali kesamaan martabat dan peranan semua anggota Gereja. Semua anggota Gereja memiliki martabat yang sama, hanya berbeda dalam hal fungsi.
Menurut Minear, umat Allah adalah umat yang kepadanya Allah mengutus Anak-Nya sebagai Penyelamat dan Raja. Umat Allah tidak lepas dari kelahiran Yesus atau PelayananNya, dan dari pesta Perjamuan Kudus atau Kebangkitan atau bahkan keturunan Roh pada hari Pentakosta.[5] Tetapi juga harus diingat bahwa Umat Allah juga tidak bisa lepas dari perjanjian yang mana aktivitas Allah dalam zaman Abraham dan Musa. Kenyataan ini, tentu tidak mengecualikan realitas pemilihan atau mengurangi makna yang abadi.
Dalam pemahaman ini, Tom Jacobs lebih menyetujui Ekaristi sebagai artian Gereja[6] khususnya dalam artian “umat Allah” atau dengan perjamuan Ekaristi, terbentuklah jemaat. Perayaan ekaristi tertuju pada pembentukan jemaat hal itu jelas dalam 1 Kor 11:22. Bagi paulus, Jemaat Allah sama artinya dengan umat Allah, tetapi dalam kata Yunani, “Umat (Laos) Allah” tidak tepatnya sama dengan “Jemaat (Ekklesia) Allah” dan yang sangat menyolok, “umat Allah yang dipakai oleh Paulus, hanya dipakai untuk kutipan-kutipan Perjanjian Lama
Geraja sebagai Umat Allah memiliki ciri khasnya yakni:
1.      Umat Allah merupakan suatu pilihan dan panggilan dari Allah sendiri. Umat Allah adalah bangsa terpilih, bangsa terpanggil.
2.      Umat Allah dipanggil dan dipilih untuk Allah dan untuk misi tertentu, yaitu menyelamatkan dunia.
3.      Hubungan antara Allah dan umatNya dimeteraikan olehsuatu perjanjian. Umat harus menaati perintah-perintah Allah dan Allah akan selalu menepati janji-janjiNya.
4.      Umat Allah selalu dalam perjalanan melewati padang pasir menuju Tanah Terjanji.
Dalam Perjanjian Baru, Gereja merupakan satu Umat Allah yang sehati sejiwa, seperti yang ditunjukkan oleh Umat Purba.[7] Gereja harus merupakan seluruh umat, bukan hanya hierarki saja dan awam seolah-olah hanya merupakan tambahan, pendengar dan pelaksana. Singkatnya: Gereja hendaknya MENGUMAT.

B.     Dasar dan Konsekuensi Gereja yang Mengumat
1.      Dasar dari Gereja yang Mengumat
Setiap orang dipanggil untuk melibatkan diri secara penuh dalam kehidupan Umat Allah atau MENGUMAT. Mengapa harus demikian?
a.       Hidup  mengumat pada dasarnya merupakan hakikat dari Gereja itu sendiri, sebab hakekat Gereja adalahpersaudaraan cinta kasih seperti yang dicerminkan oleh hidup Umat Purba.[8]
b.      Dalam hidup mengumat banyak karisma dan rupa-rupa karunia dapat dilihat, diterima dan digunakan bagi kekayaan seluruh Gereja. Hidup Gereja yang terlalu menampilkan segi organisatoris dan structural dapat mematikan banyak karisma dan karunia yang muncul dari bawah.[9]
c.       Dalam hidup mengumat, semua orang yang merasamenghayati martabat yang sama akan bertanggungjawab secara aktif dalam fungsinya masing-masing untuk membangun Gereja dan memberi kesaksian kepada dunia.[10]

2.      Konsekuensi dari Gereja yang Mengumat
a.      Konsekuensi bagi Pimpinan Gereja (Hierarki)
·         Menyadari fungsi pimpinan sebagai fungsi pelayanan. Pimpinan bukan di atas umat, tetapi di tengah umat.
·         Harus peka untuk melihat dan mendengar karisma dan karunia-karunia yang bertumbuh di kalangan umat.

b.      Konsekuensi bagi setiap Anggota Umat
·         Menyadari dan menghayati persatuannya dengan umat lain. Orang tak dapat menghayati kehidupan imannya secara individu saja.
·         Aktif dalam kehidupan mengumat, menggunakan segala karisma, karunia dan fungsi yang dipercayakan kepadanya untuk kepentingan dan misi Gereja di tengah masyarakat. Semua bertanggung jawab dalam hidup dan misi Gereja.

c.       Konsekuensi bagi Hubungan Awam dan Hierarki
·         Paham Gereja sebagai Umat Allah jelas membawa konsekuensi dalam hubungan antara hierarki dan kaum awam. Kaum awam bukan lagi pelengkap penyerta, melainkan partner hierarki.
·         Awam dan hierarki memiliki martabat yang sama, hanyaberbeda dalam hal fungsi

B. GEREJA SEBAGAI PERSEKUTUAN YANG TERBUKA


A.    Model-model Gereja
1.      Gereja Institusional Hierarkis Piramidal
Model Gereja institusional hierarkis pyramidal sangat menonjol dalam hal-hal berikut:
a.       Orgnasisasi (lahiriah) yang berstruktur pyramidal tertata rapi.
b.      Kepemimpinan tertahbis atau hierarki hampir identik dengan Gereja itu sendiri. Suatu institusi, apalagi institusi besar seperti Gereja Katolik, tentu membutuhkan kepemimpinan yang kuat.
c.       Hukum dan peraturan digunakan untuk menata dan menjaga kelangsungan suatu institusi. Suatu institusi, apalagi yang berskala besar, tentu saja membutuhkan hukum dan peraturan yang jelas.
d.      Sikap yang agak triumfalistik dan tertutup. Gereja merasa sebagai satu-satunya penjamin kebenaran dan keselamatan. Extra Ecclesiam Nulla Salus atau diluar Gereja tidak ada keselamatan.

2.      Gereja sebagai Persekutuan Umat
Model Gereja sebagai Persekutuan Umat sangat menonjol dalam hal-hal berikut:
a.       Hidup persaudaraan karena iman dan harapan yang sama. Persaudaraan ini adalah persaudaraan kasih.
b.      Keikutsertaan semua umat dalam hidup menggereja. Bukan saja hierarki dan biarawan dan biarawati yang harus aktif dalam hidup menggeraja, tetapi seluruh umat.
c.       Hukum dan peraturan memang perlu, tetapi dibutuhkan pula peranan hati nurani dan tanggung jawab pribadi.
d.      Sikap miskin, sederhana dan terbuka. Rela berdialog dengan pihak mana saja, sebab Gereja yakin bahwa di luar Gereja Katolik terdapat pula kebenaran dan keselamatan.

B.     Keanggotaan dalam Gereja sebagai Persekutuan Umat
Gereja sebagai Persekutuan Umat Allah untuk membangun Kerajaan Allah di bumi ini.Semua anggota memiliki martabat yang sama, namun berbeda dari segi fungsinya.

1.      Golongan Hierarki
Hierarki adalah orang-orang yang ditahbiskan untuk tugas kegembalaan.Mereka menjadi pemimpin dan pemersatu umat, sebagai tanda efektif dan nyata dari otoritas Kristus sebagai kepala umat. Tugas-tugas hierarki adalah sebagai berikut:
a.       Menjalankan tugas kepemimpinan dalam komunikasi iman. Hierarki mempersatukan umat dalam iman, tidak hanya dengan petunjuk, nasehat dan teladan tetapi juga dengan kewibawaan dan kekuasaan kudus.[11]
b.      Menjalankan tugas-tugas gerejani, seperti merayakan sakramen, mewartakan sabda dan sebagainya.


2.      Biarawan-biarawati
Seorang biarawan/biarawati adalah anggota umat yang dengan mengucapkan kaul kemiskinan, ketaatan dan keperawanan ingin selalu bersatu dengan Kristus dan menerima pola nasib hidup Yesus Kristus secara radikal dan dengan demikian mereka menjadi tanda nyata dari hidup dalam Kerajaan Allah kelak. Kaul-kaul adalah sesuatu yang khas dalam kehidupan membiara. Dengan menghayati kaul-kaul kebiaraan itu, para biarawan/biarawati menjadi tanda:
a.       Yang mengingatkan kita bahwa kekayaan, kekuasaan dan hidup keluarga walaupun sangat bernilai, tetapi tidak absolut dan abadi, maka kita tidak boleh mendewa-dewakannya.
b.      Yang mengarahkan kita pada Kerajaan Allah dalam kepenuhannya kelak.

3.      Kaum Awam
Kaum awam adalah semua orang beriman Kristen yang tidak termasuk dalam golongan tertahbis dan biarawan-biarawati. Mereka adalah orang-orang yang dengan pembaptisan menjadi anggota Gereja dan dengan caranya sendiri mengambil bagian dalam tugas Kristus sebagai imam, nabi dan raja.
Bagi kaum awam, ciri keduniaan adalah khas dan khusus. Mereka mengemban kerasulan dalam tata dunia, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat, entah sebagai ayah-ibu, sebagai petani, pedagang, camat, polisi dan sebagainya.

C.    Gereja sebagai Persekutuan Umat dalam Terang Kitab Suci (Kis 4:32-37)
·         Kutipan Kitab Suci: Kis 4:32-37

Cara Hidup Jemaat Perdana

32Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. 33Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah.34Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu dan hasil penjualan itu mereka bawa 35dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya.
36Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. 37Ia menjual ladang miliknya lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.

·         Pejelasan:
Santo Lukas dalam kutipan Kitab Suci (Kis 4:32-37) di atas memberikan gambaran yang ideal terhadap komunitas/persekutuan Jemaat Perdana. Cara hidup Jemaat Perdana berupa kebersamaan dan mengganggap semua adalah milik bersama mengungkapkan persahabatan yang ideal pada waktu itu. Yang pokok adalah bahwa semua anggota jemaat dicukupi kebutuhannya dan tidak seorang pun menyimpan kekayaan bagi dirinya sendiri sementara yang lain berkekurangan.
Sikap dan cara hidup Jemaat Perdana dapat menjadi inspirasi hidup bagi kita sekarang ini. Semangat persaudaraan dalam kehidupan bersama adalah hal yang penting dalam hidup bermasyarakat. Kebersamaan kita dalam hidup menggereja tidak boleh terbatas pada hal-hal rohani seperti doa, perayaan ibadat, kegiatan-kegiatan pembinaan iman, tetapi juga harus menyentuh kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya.

D.    Gereja sebagai Persekutuan Umat yang Bersifat Terbuka
Gereja hadir di dunia ini bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk dunia. Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan dari murid-murid Yesus (Gereja).[12] Singkatnya, Gereja hendaknya menjadi Sakramen Keselamatan bagi dunia.
Beberapa cara yang dilakukan Gereja untuk menunjukkan keterbukaannya antara lain:
1.      Gereja selalu siap untuk berdialog dengan agama dan budaya mana saja untuk saling mengenal, menghargai dan memperkaya.
2.      Gereja membangun kerja sama dengan para pengikut agama-agama lain demi pembangunan hidup manusia dan peningkatan martabat manusia.
3.      Berpartisipasi secara aktif dan bekerja sama dengan siapa saja dalam membangun masyarakat yang adil, damai dan sejahtera.

 

.


MATERI FASE F KELAS 11 SEMESTER GANJIL 2024

  Tugas Menguduskan (LITURGIA) Doa dan ibadat merupakan salah satu tugas gereja untuk mengudukan umatnya dan umat manusia. Tugas ini disebut...