Kamis, 19 Agustus 2021

LKPD SISWA KELAS 10 MIPA 1

 

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

MENGEMBANGKAN KARUNIA  ALLAH

Sekolah                                :    SMA Katolik Santo Fransiskus Assisi Samarinda

Mata Pelajaran                     :    Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

Kelas/Semester                   :    X/1 (ganjil)

AlokasiWaktu                       :    2 x 45 menit

 

Hari/Tanggal                        :    Jumat, 20 Agustus 2021      

Kelompok                             :   

Kelas                                    :    X MIPA 1

Namaanggotakelompok      :    1.

                                                  2.

                                                  3.

                                                  4.

                                                  5.

 

Kompetensi Dasar 3.1         :    Memahami diri dengan segala kemampuan dan keterbatasannya

Tujuan                                  :    Siswa dapat menyadari karunia-karunia ( kelebihan,keunggulan) yang dimilikinya, mampu mengembangkan untuk diri sendiri dan sesama seraya bersyukur kepada Tuhan atas segala yang dimilikinya.

 

Jawablah pertanyaan berikut!

1.    Ceritakanlah pengalaman diri sendiri dalam mengembangkan karunia Allah berupa talenta atau kemampuan yang dimiliki.

2.    Uraikan sikap-sikap yang sering muncul dalam menghadapi kekuatan dan keterbatasan diri

3.    Ceritakanlah kisah-kisah hidup orang yang sukses dalam mengembangkan bakatnya dengan belajar dan bekerja.

4.    Jelakan ajaran Kitab Suci tentang cara mengembangkan karunia Allah atau talenta.

5.    Susunlah sebuah doa syukur atas segala keunggulah dan keterbatasan saya

 

RUBRIK PENILAIAN LKPD

NO

SKOR

RUBRIK

1

10

10: jika siswa menjawab lengkap pengertian dan benar

5  : jika siswa menjawab satu yang benar

0  : jika siswa tidak menjawab

2

10

10: jika siswa menjawab lengkap dan benar

9  : jika siswa menjawab kurang 1 dan benar

8  : jika siswa menjawab kurang 2 dan benar

7  : jika siswa menjawab kurang 3 dan benar

6  : jika siswa menjawab kurang 4 dan benar

5  : jika siswa menjawab kurang 5 dan benar

4  : jika siswa menjawab kurang 6 dan benar

3  : jika siswa menjawab kurang 7 dan benar

2  : jika siswa menjawab kurang 8 dan benar

1  : jika siswa menjawab kurang 9 dan benar

0  : jika siswa tidak menjawab

3

5

5  : jika siswa menjawab lengkap dan benar

4  : jika siswa menjawab kurang 1 dan benar

3  : jika siswa menjawab kurang 2 dan benar

2  : jika siswa menjawab kurang 3 dan benar

1  : jika siswa menjawab kurang 4 dan benar

0  : jika siswa tidak menjawab

4

15

15: jika siswa menjawab lengkap 3 proses dan benar

10: jika siswa menjawab 2 prose dan benar

5  : jika siswa menjawab 1 proses dan benar

0  : jika siswa tidak menjawab

5

5

5  : jika siswa menjawab lengkap dan benar

4  : jika siswa menjawab kurang 1 dan benar

3  : jika siswa menjawab kurang 2 dan benar

2  : jika siswa menjawab kurang 3 dan benar

1  : jika siswa menjawab kurang 4 dan benar

0  : jika siswa tidak menjawab


 

MENGEBANGKAN KARUNIA ALLAH

 

1. Materi

 Remaja pria dan wanita, memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal ini terbentukoleh faktor keluarga, lingkungan, dan kedua-duanya sekaligus. Kesadaran untukmenerima secara utuh kelebihan dan kekurangan tersebut membuat perkembangan pribadi para remaja semakin seimbang.

 Gagasan dasar menurut Paulus dalam Roma 8:28 adalah bahwa semua ciptaanada dalam rencana Kebaikan Allah. Maka kelebihan dan kekurangan yang ada padadiri remaja hendaknya disadari dalam terang Sabda Allah ini. Sehingga menerima diri berarti juga bersedia dibentuk oleh Allah yang merencanakanNya.

 Kata talenta dapat dijumpai dalam Mat 25:14-30. Ada dua kategori talentadalam pesan tersebut. Pengembangan talenta dan mendiamkannya. Sejarah orang-orang sukses adalah sejarah pengembangan talenta tersebut.

 

2. Kelebihan (potensi) dan kekurangan manusiawi.

 Para remaja kadangkala tidak menyadari potensi-potensi yang dimulikinya,tetapi di pihak lain mereka pun sulit menerima keterbatasannya. Dalam pelajaran yanglalu kita menyadari bahwa kita adalah ciptaan Tuhan yang unik, yang berbeda denganyang lain. Setiap orang, baik itu pria atau wanita mempunyai potensi-potensi atautalenta-talenta yang berharga. Dan sebagai remaja yang sedang dan akan berkembangdan tumbuh, perlulah ia menyadari dan mengetahui dengan benar potensi-potensiyang dimilikinya. Disamping potensi atau kelebihan yang dimilikinya, remaja juga perlu menyadari keterbatasan-keterbatasannya. Sehingga dengan demikian pararemaja dapat berkembang dan tumbuh seimbang, tidak keekstrim kanan atau kiri. Parasiswa harus menyadari betul bahwa setiap orang pasti memiliki kelebihan danketerbatasannya, karena ini sudah merupakan kodrat manusiawi kita.

 

3. ARTI Kemampuan = Talenta = Keterampilan = Bakat = Potensi = Kecerdasan
 Segala ‘kemampuan’ khusus yang dengannya kita mampu mengembnangkan diri menjadi pribadi yang utuh.Kemampuan merupakan ‘kecerdasan’ yang dimiliki oleh setiap orang sebagai pemberian dari Tuhan.Dengan kata lain, setiap orang pasti memiliki talenta, yang membedakan adalah ada orang yang benar mengembangkannya, ada orang yang malas/tidak mengembangkannya.Tidak dapat dibenarkan bila ada seseorang yang mengatakan bahwa ia tidak memiliki bakat.

 

4.JENIS / MACAMkepekaan terhadap tangga nada, irama, dan warna bunyi (kualitas suara), apresiasi musik, bernyanyi, dan memainkan alat musik”kemampuan untuk menggunakan badan/tubuh untuk ekspresi gerak (tarian, akting) maupun aktivitas bertujuan (atletik, olahraga)berhubungan dengan objek dan ruang, memetakan ruangan, menggambar, dllsangat berhubungan dengan kemampuan untuk memahami orang lain dan mengenal emosi dan perasaan orang lain.Kemampuan mengenal diri sendiri meliputi penilaian-diri , instropeksi dan mengatur emosi diri.keterampilan orang dalam (berbahasa) menguasai bahasa tulisan dan lisankecerdasan naturalis menunjukkan rasa empati, pengenalan, dan pemahaman tentang kehidupan dan alamketerampilan berhitung juga berpikir logis dan keterampilan pemecahan masalah

5. PANDANGAN KITAB SUCI TENTANG TANGGUNG JAWAB MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN
TALENTA (MAT 25 : 14 – 30 )NO.TOKOHAPA YANG DILAKUKANKONSEKUENSI /AKIBAT1TuanMempercayakan talenta yang dimiliki kepada hamba-hambanya sesuai dengan kemampuan mereka masing-masingSetiap talenta yang diberikan akan dituntut pertanggungjawaban2Hamba 1Mendapat 5 talenta dan mengembangkannya sehingga memperoleh laba 5 talentaMendapat pujian dan diberikan kepercayaan yang lebih banyak lagi3Hamba 2Mendapat 2 talenta dan mengembangkannya dan memperoleh laba 2 talenta4Hamba 3Mendapat 1 talenta, tidak mengembangkan (bahkan) menyembunyikan sehingga ia tidak memperoleh laba apapunMendapat celaan dan segala yang ada padanya diambil semuanya. Tidak dipercaya lagi.

6. Pesan Penting KS ( Mat 25: 14 – 30)
Setiap (manusia) pasti memiliki talenta. Tuhan memberikan kepada setiap orang kemampuan/talenta yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.Terhadap talenta Tuhan tersebut, kita dipanggil untuk selalu mengembangkan kemampuan/talenta yang telah diberikan TuhanKarena kemampuan kita berbeda, Tuhan menghendaki agar kita bekerja sama dan saling melengkapi satu sama lain.Talenta harus dikembangkan ke arah yang positif – membawa manfaat bukan saja bagi diri sendiri melainkan juga bagi banyak orang.Dengan mengembangkan talenta berarti kita ikut melanjutkan karya Tuhan.

7. CARA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan atau talenta:Belajar dan berani bertanya pada orang yang lebih berpengalamanMelatih terus menerus tanpa takut berbuat salah atau gagalIkut dalam kelompok/organiasai yang mempunyai minat yang samaMencari berbagai informasi melalui berbagai sumberSelalu berpikir positifBelajar dari orang lainSIKAP YANG DIBUTUHKANTanggung jawabDisiplinTidak cepat puas – terus berusaha dan berjuang untuk mendekati kesempurnaanKerja keras

8. SIKAP TERHADAP KETIDAK-MAMPUAN
JENIS / MACAMKONSEPKITAB SUCIKETIDAKMAMPUANSIKAP TERHADAP KETIDAK-MAMPUAN

9.  KONSEP Setiap orang/manusia pasti memiliki kelemahan / keterbatasan.
Kelemahan / keterbatasan berbeda satu dengan yang lainKeterbatasan adalah suatu fakta yang tidak bisa dipungkiri.NAMUNketerbatasan / kelemahan bukanlah alasan utama seseorang untuk tidak berhasil/sukses.Justru dengan adanya keterbatasan yang dimiliki oleh masing-masing orang, manusia dipanggil untuk saling melengkapi dan mengembangkan satu terhadap yang lainnya

10. JENIS KETERBATASAN MANUSIA
Ada berbagai keterbatasan dalam hidup seseorang, antara lain:Keterbatasan fisik ( cacat, buta, dll )Keterbatasan kemampuan intelektual (berpikir lamban, susah menganalisis suatu masalah, dll)Keterbatasan psikologis (pemalu, bersikap tertutup, egois, dll)Keterbatasan ekonomis (tidak memiliki biaya/dana, dll)Keterbatasan sistem budaya (kebiasaan masyarakat yang sulit diubah, dll)

11.  Mrk 4 : 35 – 41 “ Yesus meredahkan badai - BACA”
PANDANGAN KITAB SUCI TENTANG SIKAP KITA TERHADAP KELEMAHAN/KETEBATASAN YANG KITA MILIKIMrk 4 : 35 – 41 “ Yesus meredahkan badai - BACA”Para murid sangat ketakutan ketika mengalami badai yang besar, mereka tidak sanggup mengatasinya, karena takut tenggelam dan binasa, mereka kemudian meminta pertolongan pada Yesus.YANG DAPAT DIPELAJARI ADALAH:Ketika kita mengalami hambatan atau tantangan yang tidak dapat kita atasi, maka tindakan yang tepat adalah DATANG & MEMOHON PERTOLONGAN TUHAN. Manusia tidak bisa mengandalkan kekuatannya sendiri, manusia membutuhkan orang lain terutama membutuhkan TUHAN.

12. MENYIKAPI KETERBATASAN
Sikap yang KELIRU/NEGATIF dalam menghadapi keterbatasan:SIKAP MINDER, akibatnya:Merasa hidupnya sebagai beban, kurang beruntungSukar bergaul dan menyesuaikan diriIri hati, cemburu, anggap orang lain lebih beruntungMemandang Tuhan tidak adil terhadap dirinyaAkibatnya:Melakukan segala upaya untuk menutupi kekurangan dengan menghalalkan segala caraSIKAP MUNAFIK, akibatnya:Menghalalkan segala cara untuk menutupi kekurangan diri“mencari perhatian” - ABS

13. MENYIKAPI KETERBATASAN
Sikap yang BENAR/POSITIF dalam menghadapi keterbatasan:SIKAP MAWAS DIRI:Peninjauan atau koreksi terhadap (perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dan sebagainya) diri sendiri SEHINGGA menemukan kesadaran baru bahwa keterbatasan bukan merupakan halangan untuk menggapai masa depan yang lebih baik.

14. CARA MENGHADAPI KETERBATASAN/KEKURANGAN
Menerima diri sendiri apa adanya dengan rasa bangga – syukur atas segala kelebihan dan kekuranganMenyadari bahwa manusia tidaklah sempurna – pasti ada kekuranganTidak menjadikan kekurangan/keterbatasan sebagai alasan untuk maju berkembang meraih keberhasilan dan kesuksesanMencoba belajar, berlatih, dan bertanya pada orang lain alasan untuk maju berkembang meraih keberhasilan atau kesuksesanMenyemangati diri sendiri – optimis dan motivasi diri yang tinggi untuk dapat terus berkembang/berhasil/berprestasiBelajar pada murid Yesus. Selalu datang dan memohon pertolongan Tuhan

 SYUKUR ATAS HIDUP

15. BERBAGAI PANDANGAN TENTANG HIDUP
BELAJAR KITAB SUCIARTIBERBAGAI PANDANGAN TENTANG HIDUPSYUKURMENSYUKURI HIDUP

Arti BersyukurUngkapan perasaan atau sikap positif atas sesuatu yang diterima.Kita mengucapkan kepada Tuhan karena:Kita telah diciptakan sesuai citraNyaKita dilimpai berbagai karunia, perlindungan, bakat, kemampuan, serta keunikan – semuanya itu diberi Tuhan secara cuma-cuma.Kita menerima karunia Tuhan bukan karena jasa kita melainkan karenaUngkapan yang menyatakan kesadaran kita atas kebaikan Tuhan/kemurahan Tuhan semata-mata.

16. MEMAHAMI PERIKOP KITAB SUCI
KESEPULUH ORANG KUSTALuk 17 : 11 – 19 ( Lihat Di Buku / Kitab Suci )“…Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea” DAN “…ketika memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia”.(Dua kata keterangan di atas menunjukkan sebuah fakta bahwa orang-orang sakit hidupnya dipinggiran kota/desa, mereka tidak diperkenankan untuk tinggal di dalam kota bersama yang lainnya karena bagi para Ahli Taurat; keadaan sakit (kusta/lepra) merupakan bentuk kutukan dari Allah. Oleh karena itu, mereka dilarang untuk tinggal di dalam desa/kota. Mereka hanya akan diperbolehkan kalau mereka sudah sembuh).

KESEPULUH ORANG KUSTA BELAJAR PADA KITAB SUCI Luk 17 : 11 - 19
Dari 10 orang kusta , 9 orang Yahudi / Israel (yang menganggap diri mereka sebagai orang beradab) dan 1 orang Samaria (yang sering dikatakan sebagai orang yang tidak ber-Tuhan/orang kafir).Ketika menyembuhkan mereka, Yesus justru meminta mereka untuk “pergi dan perlihatkan diri kepada imam-imam (ahli taurat)”.. Dan dalam perjalanan mereka menjadi sembuh/tahir. Kata “pergilah dan perlihatkan diri kepada imam-imam, menunjukkan bahwa Yesus menyembuhkan mereka bukan saja secara fisik (mereka menjadi tahir) tetapi juga sembuh secara sosial (artinya dengan sembuh, mereka akhirnya diperkenankan oleh para imam untuk tinggal kembali di dalam kota, bukan lagi diperbatasan kota atau dipinggiran kota).

KESEPULUH ORANG KUSTA BELAJAR PADA KITAB SUCI Luk 17 : 11 - 19
Yesus mengajak kita untuk meneladan orang Samaria, yang telah mengalami penyelamatan Allah, ia bersyukur/berterima kasih kepada Allah.Orang Samaria percaya bahwa kesembuhan yang dialaminya merupakan sebuah anugerah dari Allah. Maka ia kembali untuk mencari dan mengucapkan terima kasih kepada Yesus.Orang Samaria yang sering dituduh “kafir/tidak ber-Tuhan” justru menunjukkan sikap sebaliknya. Ia justru tahu berterima kasih kepada Tuhan .BELAJAR PADA ORANG SAMARIA,Kita hendaknya tahu berterima kasih dan mengucapkan syukur kepada Allah atas anugerah kehidupan yang telah diberikan kepada kita.

17. BERBAGAI PANDANGAN TENTANG HIDUP dan DAMPAKNYA PANDANGAN TENTANG HIDUP
Hidup sebagai beban:“pandangan ini muncul dari orang-orang yang dalam hidupnya banyak mengalami kegagalan, kekecewaan, bencana, dan penderitaan”Orang akan apatis, cepat putus asa, dan khawatir akan hidup dan cenderung menyalahkan Tuhan yang tidak adilHidup sebagai takdir:“melihat hidup bagai wayang: ada orang sebagai dalangnya, hidup sudah diatur oleh Tuhan, menjadi kaya/miskin sudah diatur oleh Tuhan”Orang akan bergantung sepenuhnya pada Tuhan, tidak mau berusaha, pasrah, menyerah pada kegagalan

18. BERBAGAI PANDANGAN TENTANG HIDUP dan DAMPAKNYA PANDANGAN TENTANG HIDUP
Hidup sebagai seni:“hidup sangat variatif, ada suka-ada duka, ada gagal-ada berhasil, ada manis-ada pahit. Semuanya tergantung dari kita (manusia) dan membuat hidup menjadi lebih indahOrang akan memandang hidup lebih dinamis, enak dan menyenangkan. Tidak cepat putus asa bila gagal, dan tidak cepat puas bila berhasil, ada kerja keras.Hidup adalah anugerah:“hidup sebagai anugerah/karunia yang diberikan Allah kepada manusia untuk dikembangkan dan Allah tidak pernah meninggalkan manusia – Allah senantiasa menyelenggarakan hidup melalui berbagai peristiwa dan pengalaman hidup manusia”Orang akan selalu BERSYUKUR atas hidup yang dialaminya dan mengupayakan hidupnya sesuai dengan perintah Allah

19. CARA BERSYUKUR ATAS HIDUP
Memuliakan Allah lewat doa, ibadatMembiasakan untuk selalu bersyukur atas apapun yang diterimanya setiap hari .Selalu berusaha untuk selalu hidup lebih baik dari hari ke hari.Selalu menjaga, memelihara hidup; baik hidup sendiri/pribadi maupun hidup orang lain

 

Rabu, 18 Agustus 2021

MENGEBANGKAN KARUNIA ALLAH


1. Pengantar 

 Remaja pria dan wanita, memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal ini terbentukoleh faktor keluarga, lingkungan, dan kedua-duanya sekaligus. Kesadaran untukmenerima secara utuh kelebihan dan kekurangan tersebut membuat perkembangan pribadi para remaja semakin seimbang.

 Gagasan dasar menurut Paulus dalam Roma 8:28 adalah bahwa semua ciptaanada dalam rencana Kebaikan Allah. Maka kelebihan dan kekurangan yang ada padadiri remaja hendaknya disadari dalam terang Sabda Allah ini. Sehingga menerima diri berarti juga bersedia dibentuk oleh Allah yang merencanakanNya.

 Kata talenta dapat dijumpai dalam Mat 25:14-30. Ada dua kategori talentadalam pesan tersebut. Pengembangan talenta dan mendiamkannya. Sejarah orang-orang sukses adalah sejarah pengembangan talenta tersebut.


2. Kelebihan (potensi) dan kekurangan manusiawi.

 Para remaja kadangkala tidak menyadari potensi-potensi yang dimulikinya,tetapi di pihak lain mereka pun sulit menerima keterbatasannya. Dalam pelajaran yanglalu kita menyadari bahwa kita adalah ciptaan Tuhan yang unik, yang berbeda denganyang lain. Setiap orang, baik itu pria atau wanita mempunyai potensi-potensi atautalenta-talenta yang berharga. Dan sebagai remaja yang sedang dan akan berkembangdan tumbuh, perlulah ia menyadari dan mengetahui dengan benar potensi-potensiyang dimilikinya. Disamping potensi atau kelebihan yang dimilikinya, remaja juga perlu menyadari keterbatasan-keterbatasannya. Sehingga dengan demikian pararemaja dapat berkembang dan tumbuh seimbang, tidak keekstrim kanan atau kiri. Parasiswa harus menyadari betul bahwa setiap orang pasti memiliki kelebihan danketerbatasannya, karena ini sudah merupakan kodrat manusiawi kita.


3. ARTI Kemampuan = Talenta = Keterampilan = Bakat = Potensi = Kecerdasan

 Segala ‘kemampuan’ khusus yang dengannya kita mampu mengembnangkan diri menjadi pribadi yang utuh.Kemampuan merupakan ‘kecerdasan’ yang dimiliki oleh setiap orang sebagai pemberian dari Tuhan.Dengan kata lain, setiap orang pasti memiliki talenta, yang membedakan adalah ada orang yang benar mengembangkannya, ada orang yang malas/tidak mengembangkannya.Tidak dapat dibenarkan bila ada seseorang yang mengatakan bahwa ia tidak memiliki bakat.


4.JENIS / MACAMkepekaan terhadap tangga nada, irama, dan warna bunyi (kualitas suara), apresiasi musik, bernyanyi, dan memainkan alat musik”kemampuan untuk menggunakan badan/tubuh untuk ekspresi gerak (tarian, akting) maupun aktivitas bertujuan (atletik, olahraga)berhubungan dengan objek dan ruang, memetakan ruangan, menggambar, dllsangat berhubungan dengan kemampuan untuk memahami orang lain dan mengenal emosi dan perasaan orang lain.Kemampuan mengenal diri sendiri meliputi penilaian-diri , instropeksi dan mengatur emosi diri.keterampilan orang dalam (berbahasa) menguasai bahasa tulisan dan lisankecerdasan naturalis menunjukkan rasa empati, pengenalan, dan pemahaman tentang kehidupan dan alamketerampilan berhitung juga berpikir logis dan keterampilan pemecahan masalah

5. PANDANGAN KITAB SUCI TENTANG TANGGUNG JAWAB MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN

TALENTA (MAT 25 : 14 – 30 )NO.TOKOHAPA YANG DILAKUKANKONSEKUENSI /AKIBAT1TuanMempercayakan talenta yang dimiliki kepada hamba-hambanya sesuai dengan kemampuan mereka masing-masingSetiap talenta yang diberikan akan dituntut pertanggungjawaban2Hamba 1Mendapat 5 talenta dan mengembangkannya sehingga memperoleh laba 5 talentaMendapat pujian dan diberikan kepercayaan yang lebih banyak lagi3Hamba 2Mendapat 2 talenta dan mengembangkannya dan memperoleh laba 2 talenta4Hamba 3Mendapat 1 talenta, tidak mengembangkan (bahkan) menyembunyikan sehingga ia tidak memperoleh laba apapunMendapat celaan dan segala yang ada padanya diambil semuanya. Tidak dipercaya lagi.

6. Pesan Penting KS ( Mat 25: 14 – 30)

Setiap (manusia) pasti memiliki talenta. Tuhan memberikan kepada setiap orang kemampuan/talenta yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.Terhadap talenta Tuhan tersebut, kita dipanggil untuk selalu mengembangkan kemampuan/talenta yang telah diberikan TuhanKarena kemampuan kita berbeda, Tuhan menghendaki agar kita bekerja sama dan saling melengkapi satu sama lain.Talenta harus dikembangkan ke arah yang positif – membawa manfaat bukan saja bagi diri sendiri melainkan juga bagi banyak orang.Dengan mengembangkan talenta berarti kita ikut melanjutkan karya Tuhan.

7. CARA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan atau talenta:Belajar dan berani bertanya pada orang yang lebih berpengalamanMelatih terus menerus tanpa takut berbuat salah atau gagalIkut dalam kelompok/organiasai yang mempunyai minat yang samaMencari berbagai informasi melalui berbagai sumberSelalu berpikir positifBelajar dari orang lainSIKAP YANG DIBUTUHKANTanggung jawabDisiplinTidak cepat puas – terus berusaha dan berjuang untuk mendekati kesempurnaanKerja keras

8. SIKAP TERHADAP KETIDAK-MAMPUAN

JENIS / MACAMKONSEPKITAB SUCIKETIDAKMAMPUANSIKAP TERHADAP KETIDAK-MAMPUAN

9.  KONSEP Setiap orang/manusia pasti memiliki kelemahan / keterbatasan.

Kelemahan / keterbatasan berbeda satu dengan yang lainKeterbatasan adalah suatu fakta yang tidak bisa dipungkiri.NAMUNketerbatasan / kelemahan bukanlah alasan utama seseorang untuk tidak berhasil/sukses.Justru dengan adanya keterbatasan yang dimiliki oleh masing-masing orang, manusia dipanggil untuk saling melengkapi dan mengembangkan satu terhadap yang lainnya

10. JENIS KETERBATASAN MANUSIA

Ada berbagai keterbatasan dalam hidup seseorang, antara lain:Keterbatasan fisik ( cacat, buta, dll )Keterbatasan kemampuan intelektual (berpikir lamban, susah menganalisis suatu masalah, dll)Keterbatasan psikologis (pemalu, bersikap tertutup, egois, dll)Keterbatasan ekonomis (tidak memiliki biaya/dana, dll)Keterbatasan sistem budaya (kebiasaan masyarakat yang sulit diubah, dll)

11.  Mrk 4 : 35 – 41 “ Yesus meredahkan badai - BACA”

PANDANGAN KITAB SUCI TENTANG SIKAP KITA TERHADAP KELEMAHAN/KETEBATASAN YANG KITA MILIKIMrk 4 : 35 – 41 “ Yesus meredahkan badai - BACA”Para murid sangat ketakutan ketika mengalami badai yang besar, mereka tidak sanggup mengatasinya, karena takut tenggelam dan binasa, mereka kemudian meminta pertolongan pada Yesus.YANG DAPAT DIPELAJARI ADALAH:Ketika kita mengalami hambatan atau tantangan yang tidak dapat kita atasi, maka tindakan yang tepat adalah DATANG & MEMOHON PERTOLONGAN TUHAN. Manusia tidak bisa mengandalkan kekuatannya sendiri, manusia membutuhkan orang lain terutama membutuhkan TUHAN.

12. MENYIKAPI KETERBATASAN

Sikap yang KELIRU/NEGATIF dalam menghadapi keterbatasan:SIKAP MINDER, akibatnya:Merasa hidupnya sebagai beban, kurang beruntungSukar bergaul dan menyesuaikan diriIri hati, cemburu, anggap orang lain lebih beruntungMemandang Tuhan tidak adil terhadap dirinyaAkibatnya:Melakukan segala upaya untuk menutupi kekurangan dengan menghalalkan segala caraSIKAP MUNAFIK, akibatnya:Menghalalkan segala cara untuk menutupi kekurangan diri“mencari perhatian” - ABS

13. MENYIKAPI KETERBATASAN

Sikap yang BENAR/POSITIF dalam menghadapi keterbatasan:SIKAP MAWAS DIRI:Peninjauan atau koreksi terhadap (perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dan sebagainya) diri sendiri SEHINGGA menemukan kesadaran baru bahwa keterbatasan bukan merupakan halangan untuk menggapai masa depan yang lebih baik.

14. CARA MENGHADAPI KETERBATASAN/KEKURANGAN

Menerima diri sendiri apa adanya dengan rasa bangga – syukur atas segala kelebihan dan kekuranganMenyadari bahwa manusia tidaklah sempurna – pasti ada kekuranganTidak menjadikan kekurangan/keterbatasan sebagai alasan untuk maju berkembang meraih keberhasilan dan kesuksesanMencoba belajar, berlatih, dan bertanya pada orang lain alasan untuk maju berkembang meraih keberhasilan atau kesuksesanMenyemangati diri sendiri – optimis dan motivasi diri yang tinggi untuk dapat terus berkembang/berhasil/berprestasiBelajar pada murid Yesus. Selalu datang dan memohon pertolongan Tuhan

 SYUKUR ATAS HIDUP

15. BERBAGAI PANDANGAN TENTANG HIDUP

BELAJAR KITAB SUCIARTIBERBAGAI PANDANGAN TENTANG HIDUPSYUKURMENSYUKURI HIDUP

Arti BersyukurUngkapan perasaan atau sikap positif atas sesuatu yang diterima.Kita mengucapkan kepada Tuhan karena:Kita telah diciptakan sesuai citraNyaKita dilimpai berbagai karunia, perlindungan, bakat, kemampuan, serta keunikan – semuanya itu diberi Tuhan secara cuma-cuma.Kita menerima karunia Tuhan bukan karena jasa kita melainkan karenaUngkapan yang menyatakan kesadaran kita atas kebaikan Tuhan/kemurahan Tuhan semata-mata.

16. MEMAHAMI PERIKOP KITAB SUCI

KESEPULUH ORANG KUSTALuk 17 : 11 – 19 ( Lihat Di Buku / Kitab Suci )“…Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea” DAN “…ketika memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia”.(Dua kata keterangan di atas menunjukkan sebuah fakta bahwa orang-orang sakit hidupnya dipinggiran kota/desa, mereka tidak diperkenankan untuk tinggal di dalam kota bersama yang lainnya karena bagi para Ahli Taurat; keadaan sakit (kusta/lepra) merupakan bentuk kutukan dari Allah. Oleh karena itu, mereka dilarang untuk tinggal di dalam desa/kota. Mereka hanya akan diperbolehkan kalau mereka sudah sembuh).

KESEPULUH ORANG KUSTA BELAJAR PADA KITAB SUCI Luk 17 : 11 - 19

Dari 10 orang kusta , 9 orang Yahudi / Israel (yang menganggap diri mereka sebagai orang beradab) dan 1 orang Samaria (yang sering dikatakan sebagai orang yang tidak ber-Tuhan/orang kafir).Ketika menyembuhkan mereka, Yesus justru meminta mereka untuk “pergi dan perlihatkan diri kepada imam-imam (ahli taurat)”.. Dan dalam perjalanan mereka menjadi sembuh/tahir. Kata “pergilah dan perlihatkan diri kepada imam-imam, menunjukkan bahwa Yesus menyembuhkan mereka bukan saja secara fisik (mereka menjadi tahir) tetapi juga sembuh secara sosial (artinya dengan sembuh, mereka akhirnya diperkenankan oleh para imam untuk tinggal kembali di dalam kota, bukan lagi diperbatasan kota atau dipinggiran kota).

KESEPULUH ORANG KUSTA BELAJAR PADA KITAB SUCI Luk 17 : 11 - 19

Yesus mengajak kita untuk meneladan orang Samaria, yang telah mengalami penyelamatan Allah, ia bersyukur/berterima kasih kepada Allah.Orang Samaria percaya bahwa kesembuhan yang dialaminya merupakan sebuah anugerah dari Allah. Maka ia kembali untuk mencari dan mengucapkan terima kasih kepada Yesus.Orang Samaria yang sering dituduh “kafir/tidak ber-Tuhan” justru menunjukkan sikap sebaliknya. Ia justru tahu berterima kasih kepada Tuhan .BELAJAR PADA ORANG SAMARIA,Kita hendaknya tahu berterima kasih dan mengucapkan syukur kepada Allah atas anugerah kehidupan yang telah diberikan kepada kita.

17. BERBAGAI PANDANGAN TENTANG HIDUP dan DAMPAKNYA PANDANGAN TENTANG HIDUP

Hidup sebagai beban:“pandangan ini muncul dari orang-orang yang dalam hidupnya banyak mengalami kegagalan, kekecewaan, bencana, dan penderitaan”Orang akan apatis, cepat putus asa, dan khawatir akan hidup dan cenderung menyalahkan Tuhan yang tidak adilHidup sebagai takdir:“melihat hidup bagai wayang: ada orang sebagai dalangnya, hidup sudah diatur oleh Tuhan, menjadi kaya/miskin sudah diatur oleh Tuhan”Orang akan bergantung sepenuhnya pada Tuhan, tidak mau berusaha, pasrah, menyerah pada kegagalan

18. BERBAGAI PANDANGAN TENTANG HIDUP dan DAMPAKNYA PANDANGAN TENTANG HIDUP

Hidup sebagai seni:“hidup sangat variatif, ada suka-ada duka, ada gagal-ada berhasil, ada manis-ada pahit. Semuanya tergantung dari kita (manusia) dan membuat hidup menjadi lebih indahOrang akan memandang hidup lebih dinamis, enak dan menyenangkan. Tidak cepat putus asa bila gagal, dan tidak cepat puas bila berhasil, ada kerja keras.Hidup adalah anugerah:“hidup sebagai anugerah/karunia yang diberikan Allah kepada manusia untuk dikembangkan dan Allah tidak pernah meninggalkan manusia – Allah senantiasa menyelenggarakan hidup melalui berbagai peristiwa dan pengalaman hidup manusia”Orang akan selalu BERSYUKUR atas hidup yang dialaminya dan mengupayakan hidupnya sesuai dengan perintah Allah

19. CARA BERSYUKUR ATAS HIDUP

Memuliakan Allah lewat doa, ibadatMembiasakan untuk selalu bersyukur atas apapun yang diterimanya setiap hari .Selalu berusaha untuk selalu hidup lebih baik dari hari ke hari.Selalu menjaga, memelihara hidup; baik hidup sendiri/pribadi maupun hidup orang lain


Senin, 19 Juli 2021

13 Juli 2021 Materi  Pembelajaran  Daring Kelas 12 MIPA/IPS

PANGGILAN PROFESI/ KARIER/KERJA

PEKERJAAN SEBAGAI SEBUAH PANGGILAN

 

Kita semua saat beranjak dewasa pasti punya pekerjaan. Pekerjaan mengisi sebagian besar hari-hari kita. Kita mengisi hidup kita dengan bekerja. Kita memaknai hidup kita dengan bekerja. Setiap orang punya tujuan hidup. Kita tidak mau menjalani hidup hanya luntang-lantung tanpa arah dan tujuan. Kita tidak mau hari demi hari berjalan dengan sia-sia tanpa kita mengerjakan sesuatu atau menghasilkan sesuatu. 

Kita dibekali potensi oleh Tuhan semenjak kita lahir. Kita ingin berkembang sebagai pribadi dan mengembangkan potensi-potensi. Kita ingin meningkatkan kemampuan. Kita ingin belajar ketrampilan-ketrampilan baru. Kita tidak ingin menjalani kehidupan yang sia-sia tanpa diisi oleh kegiatan yang bermakna. Kita ingin berkarya dan melakukan sesuatu. Menghasilkan sesuatu atau melakukan sesuatu yang dapat kita banggakan. 

Pekerjaan biasanya sangat dipertalikan dengan nafkah. Pekerjaan dipertalikan dengan penghasilan. Pekerjaan kerap dinilai berdasarkan berapa jumlah uang yang dihasilkan oleh pekerjaan itu. Seorang tukang parkir yang mungkin hanya tamatan SD. Seorang tukang sampah atau pemulung yang mungkin tidak pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Seorang tukang sapu jalanan yang mungkin buta huruf. Semuanya mengerjakan sesuatu yang berguna dan dengan itu memberi makna pada hidupnya. Mereka mengerjakan apa yang bisa dikerjakan. Mereka tidak punya pilihan, senang atau tidak dengan pekerjaan itu. Hanya itu lowongan dan kesempatan yang tersedia, maka mereka ambil, karena mereka butuh nafkah. 

Mereka tidak punya kemewahan untuk mengambil jurusan di universitas yang sesuai dengan bakat dan minat. Bahkan ada dari mereka yang sudah harus bekerja mencari nafkah semenjak usia masih sangat muda. Mau tidak mau. Suka tidak suka. Mereka tidak punya pilihan selain bekerja mencari nafkah, menghidupi anak dan istri. Tuhan memelihara mereka. Tuhan mencukupi kebutuhan mereka. 

Kita yang berstatus sebagai karyawan. Karyawan Muda Katolik. Atau yang punya usaha sendiri. Sedang merintis usaha sendiri. Kita sebenarnya jauh lebih beruntung dari mereka. Kita bisa mengikuti pendidikan di bangku kuliah. Meski mungkin katakan saja, kita salah jurusan, karena ikut-ikutan teman. Kita masih lebih beruntung.

Kita mungkin mengerjakan pekerjaan yang tidak kita senangi, karena kita salah memilih jurusan. Namun bahkan ini pun masih lebih baik dibanding menganggur dan tidak punya pekerjaan dan penghasilan sama sekali. Butuh komitmen, disiplin, dan ketekunan untuk mengerjakan pekerjaan yang tidak kita senangi, karena mungkin untuk saat ini, hanya kesempatan itu yang tersedia. Ibaratnya, “Masih lebih baik dapat tumpangan bis yang meski kita tidak dapat tempat duduk dan harus berdiri berdesak-desakan bahkan agak terhimpit oleh penumpang lain, daripada tidak dapat bis dan harus jalan kaki.”

Masih lebih baik jika kamu saat ini terpaksa melakukan pekerjaan yang tidak kamu sukai dan sebenarnya bukan di bidangmu. Pekerjaan yang tidak sesuai dengan bakat dan minatmu. Dan itu mungkin membuatmu menderita dan tertekan tiap hari, daripada kamu menganggur dan tidak punya pekerjaan dan penghasilan sama sekali. 

Kita tidak selalu punya kemewahan untuk memilih pekerjaan yang kita senangi. Pilihan pekerjaan yang tersedia, suka atau tidak, harus kita ambil. Karena kita butuh nafkah. 

Maka, mungkin pekerjaan tidak selalu berarti profesi. Seorang tukang becak, mungkin tidak pernah bercita-cita ingin jadi tukang becak. Seorang sopir truk mungkin tak pernah bercita-cita ingin menjadi sopir truk. Tapi hanya itu pilihan yang ada. Mau tidak mau. Suka tidak suka. Harus ia ambil. 

Meski meski tidak semua pekerjaan itu profesi. Pekerjaan bisa mengisi hidup kita dengan makna, meski kita tidak senang dengan pekerjaan ini. Idealnya pekerjaan sesuai dengan bakat dan minat kita, baru ini yang namanya profesi. 

Profesi adalah jalan hidup. Profesi adalah panggilan hidup. Kita menekuni profesi yang sesuai bakat dan minat kita. Biasanya profesi kita sekarang berhubungan dengan sejarah masa kecil. Kita yang semenjak kecil suka membaca buku. Seorang kutu buku dan bisa menghabiskan waktu berjam-jam membaca buku, sekarang mungkin berprofesi sebagai seorang penulis. 

Jika sewaktu kecil kita senang menghabiskan waktu untuk memandangi langit malam. Melihat bintang-bintang yang bertaburan di angkasa, mungkin setelah besar kita berprofesi sebagai seorang astronom. Kita senang belajar tentang galaksi-galaksi dan susunan jagat raya. Atau mungkin juga jika kita suka memandangi langit malam dan mulai bertanya siapa diri kita dan mengapa kita hidup. Apa Tuhan itu ada? Apa arti kehidupan yang sesungguhnya, kita mungkin saat besar menjadi seorang filsuf. 

Profesi kita sedikit banyak mempengaruhi cara pikir dan penghayatan kita tentang diri sendiri dan kehidupan. 
Mungkin banyak orang punya pekerjaan, tapi tidak semua orang punya profesi. Mungkin kamu yang sekarang ini menjalani pekerjaan yang tidak sesuai dengan bakat minatmu, kamu tidak menjalani sebuah profesi. Karena kamu tidak bekerja sesuai passion.

Apa pun yang menjadi pekerjaanmu sekarang, entah kamu suka atau tidak, jalani dengan segenap hati. Usahakan dan paksalah dirimu untuk menjalaninya setiap hari dengan pengabdian dan keseriusan. Syukuri pekerjaanmu itu, apa pun itu, karena mungkin sekali pekerjaanmu adalah pemberian dari Tuhan. Jika kamu memang beruntung, suatu hari kelak kamu mungkin bisa melakukan pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan minatmu. Sesuai dengan passion-mu. Namun untuk sementara ini, jalani saja apa yang ada dengan syukur dan dedikasi. 

Santo Josemaria Escriva, sang pendiri kelompok Opus Dei, mengatakan bahwa setiap orang Katolik dipanggil menuju kekudusan. Dipanggilan untuk menjadi orang kudus. Panggilan menuju kekudusan ini diwujudkan sehari-hari dalam pekerjaan. Tepatnya: menguduskan diri lewat pekerjaan. Saat ini, kelompok Opus Dei sudah beranggotakan lebih dari 60 ribu orang dari berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Pesan santo asal Spanyol ini sederhana saja, “Kita dipanggil untuk menguduskan diri dalam situasi hidup kita, terutama dalam lingkup pekerjaan yang mengisi sebagian besar waktu hidup kita.” Menurut pandangannya, pekerjaan adalah sarana yang terjangkau bagi umat beriman untuk menguduskan dirinya.

Tidak apa jika menjalani pekerjaan yang monoton dan membosankan tiap hari, karena justru di sini terletak nilainya. Butuh komitmen, dedikasi dan pengorbanan. Butuh usaha dan perjuangan. Justru di pekerjaan yang monoton, membosankan, dan terasa biasa-biasa saja, kita dapat menjumpai Tuhan di situ.

Panggilan hidupmu ada dalam pekerjaanmu, apa pun itu. Panggilanmu adalah melakukan pekerjaanmu dengan sebaik-baiknya, atau setidaknya dengan baik. Jangan takut, Tuhan melihat pengabdianmu dan niatmu. Maka, jalani pekerjaanmu setiap hari dengan rasa syukur. Dengan sikap itu, kamu menggenapi panggilan Tuhan untuk hidupmu. 

PANGGILAN HIDUP KARYA, KERJA/PROFEI 

 Manusia adalah makluk pekerja. Tanpa bekerja manusia kehilangan jati dirinya sebagai manusia. Maka apapun suatu pekerjaan, asalkan halal, orang akan merasa dirinya bernilai di hadapan sesamanya. Sebaliknya orang-orang yang berada di usia produktif namun tidak bekerja akan merasa rendah diri dalam pergaulan masyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman serta gaya hidup dewasa ini, makna dan nilai bekerja nampaknya telah bergeser. Bekerja dipahami secara sempit sebagai hal duniawi belaka. Kebanyakan orang tanpa sadar melihat makna bekerja sekadar mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Di zaman yang semakin kompleks, makna dan nilai bekerja telah menyempit menjadi mengejar nilai ekonomis. Kepuasan dalam bekerja identik dengan kepuasan materialistik. Manusia bekerja tidak lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing, namun untuk mengumpulkan modal. Modal dan uang dikejar demi uang itu sendiri dan tidak lagi mempertimbangkan kesejahteraan bersama (bonum commune). (Kerja pun bukan lagi demi pemenuhan kebutuhan hari ini, tetapi melampaui kebutuhan dan memiliki orientasi mengumpulkan sebanyak-banyaknya. Bahkan demi mendapatkan hasil ekonomis seseorang mengabaikan nilai moral dalam bekerja dengan melakukan praktik ketidakjujuran. Kasus korupsi yang menggurita di Indonesia adalah contoh konkrit bagaimana orang bekerja mengumpulkan harta secara tidak jujur. Pergeseran kerja pun tampak dalam pilihan bekerja. Bekerja yang meningkatkan gengsi sekaligus meningkatkan hasil ekonomis yang banyak diburu. Demi mendapatkan pekerjaan itu, seseorang menghalalkan segala cara. Di dalam masyarakat pun tercipta pembedaan mana pekerjaan yang kelas satu dan mana pekerjaan yang kelas dua. Masyarakat kurang menghargai pekerjaan domestik atau pekerjaan biasa, seperti ibu rumah tangga, buruh dan petani, meskipun pekerjaan itu dijalani dengan penuh ketekunan dan pengorbanan.


Gereja Katolik melalui Ajaran Sosialnya menaruh perhatian yang serius pada nilai kerja manusia. Manusia diciptakan menurut gambar Allah dan diberi mandat untukmengelola bumi. Dengan ini, manusia hendaknya menyadari, ketika ia melakukan pekerjaan, ia berpartisipasi dalam pekerjaan Tuhan. Dengan tenaganya, manusia memberikan sumbangan merealisasikan rencana Tuhan di bumi. Manusia diharapkan tidak berhenti untuk membangun dunia menjadi lebih baik atau mengabaikan sesama. Manusia memiliki tanggung jawab lebih untuk melakukan hal itu. (LE25). Karena pekerjaan merupakan kunci atau solusi dari masalah sosial. Pekerjaan sangat menentukan manusia dalam membuat hidup menjadi lebih manusiawi. (LE 3). Sebagai citra Allah, peran kerja manusia sangat penting sebagai faktor produktif, untuk memenuhi kepenuhan material dan non material. Hal ini jelas, karena dalam melakukan pekerjaan, seseorang secara alami terhubung dengan manusia atau pekerjaan orang lain. Dengan bekerja, manusia berinteraksi dengan manusia lain. Lewat bekerja pula, manusia menghasilkan sesuatu untuk orang lain. Dengan demikian, pekerjaan membuat manusia menghasilkan sesuatu, menjadi berubah dan produktif. Karena sumberdaya manusia yang bekerja jauh lebih luas daripada sumber daya alam dan karena itu membuat manusia semakin sadar untuk mengolahnya.(Centesimus Annus 31).

Semoga kalian mampu merefleksikan makna kerja dalam terang Ajaran Sosial Gereja. Sebagai orang beriman kita diajak melihat kembali makna bekerja dengan semangat atau berdasarkan iman. Dengan demikian, kita dapat memahami makna bekerja secara otentik bahwa bekerja merupakan perwujudan iman kepada Tuhan. Budaya kerja hendaknya ditanam dan dikembangkan oleh setiap orang, karena kerja merupakan martabat pribadi setiap manusia. Oleh
adanya gaya hidup modern yang materialistis dan hedonistis, banyak dari kalangan generasi muda yang ingin hidup enak, bersenang-senang, santai tanpa mau bekerja. Perilaku seperti ini menimbulkan efek negatif dengan munculnya berbagai tindakan kejahatan sosial.


B.      Konsep Kerja
1.       Arti Kerja
a)       Kerja adalah setiap kegiatan manusia yang diarahkan untuk kemajuan manusia, baik kemajuan rohani maupun jasmani, dan mempertahankannya. Karena itu, pekerjaan memerlukan pemikiran dan merupakan kegiatan insani.
b)       Kerja memerlukan pemikiran. Kerja dengan sadar harus diarahkan kepada suatu tujuan tertentu. Pekerjaan merupakan keistimewaan makhluk yang berakal budi Sebab, hanya manusialah yang dengan sadar dan bebas dapat mengarahkan kegiatannya kepada suatu tujuan tertentu.
c)       Kerja merupakan kegiatan insani yang ada dalam diri manusia sebagai makhluk yang berakal budi. Oleh karenanya, setiap jenis pekerjaan memiliki martabat dan nilai insani yang sama. Dipandang dari segi ini, tidak ada pekerjaan yang kurang atau lebih mulia dan luhur. Apabila dipandang dari sudut lain, yakni dari sudut tujuan dan hasil, setiap pekerjaan sungguh berbeda dan nilai pekerjaan yang satu melebihi nilai pekerjaan yang lain. Akan tetapi, nilai insani dan martabatnya tidak berubah karenanya.
2.       Makna Kerja
Ada berbagai makna kerja ditinjau dari berbagai segi. Di sini kita hanya melihat makna kerja ditinjau dari segi ekonomi, sosiologi, dan antropologi.
Ø  Makna atau arti ekonomis; Dari sisi ekonomi, bekerja dipandang sebagai pengerahan tenaga untuk menghasilkan sesuatu yang diperlukan atau diinginkan oleh seseorang atau masyarakat. Dalam hal ini dibedakan menjadi pekerjaan produktif (misalnya pertanian, pertukangan, dan sebagainya), distributif (misalnya perdagangan), dan jasa (misalnya guru, dokter, dan sebagainya). Kerja merupakan unsur pokok produksi yang ketiga, di samping tanah dan modal. Jadi, makna ekonomis dari kerja ialah memenuhi dan menyelenggarakan kebutuhankebutuhan hidup yang primer.
Ø  Makna sosiologis; Kerja, selain sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri, sekaligus juga mengarah kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat
Ø  Makna antropologis; Kerja memungkinkan manusia untuk membina dan membentuk diri dan pribadinya. Dengan kerja, manusia menjadi lebih manusia dan lebih bisa menjadi teman bagi sesamanya dengan menggunakan akal budi, kehendak, tenaga, daya kreatif, serta rasa tanggung jawab terhadap kesejahteraan umum.
3.       Tujuan Kerja
a)       Mencari nafkah. Kebanyakan orang bekerja untuk mencari nafkah, mengembangkan kehidupan jasmaninya dan mempertahankannya.
b)       Memenuhi Nilai Jasmani . Memenuhi kebutuhan hidup, untuk memperoleh kedudukan serta kejayaan ekonomis, yang menjamin kehidupan jasmaninya untuk masa depan.
c)       Memajukan teknik dan kebudayaanNilai yang mau dicapai ini lebih bersifat rohaniah. Dengan bekerja orang dapat memajukan salah satu cabang teknologi atau kebudayaan, dari yang paling sederhana sampai kepada yang paling tinggi.
d)       Menyempurnakan diri sendiri. Dengan bekerja manusia lebih menyempurnakan dirinya sendiri. Ia menemukan harga dirinya. Atau lebih tepat: ia mengembangkan kepribadiannya. Dengan kerja, manusia lebih memanusiakan dirinya.




C.      Kerja Menurut Ajaran Gereja

Kerja Sebagai Partisipasi dalam Kegiatan Sang Pencipta

Menurut Konsili Vatikan II: ”Bagi kaum beriman ini merupakan keyakinan: kegiatan manusia baik perorangan maupun kolektif, atau usaha besar-besaran itu sendiri, yang dari zaman ke zaman dikerahkan oleh banyak orang untuk memperbaiki kondisi-kondisi hidup mereka, memang sesuai dengan rencana Allah. Sebab manusia, yang diciptakan menurut gambar Allah, menerima titah- Nya, supaya menaklukkan bumi beserta segala sesuatu yang terdapat padanya, serta menguasai dunia dalam keadilan dan kesucian; ia mengemban perintah untuk mengakui Allah sebagai Pencipta segala-galanya, dan mengarahkan diri beserta seluruh alam kepada-Nya, sehingga dengan terbawahnya segala sesuatu kepada mausia nama Allah sendiri dikagumi di seluruh bumi”.

Sabda perwahyuan Allah secara mendalam ditandai oleh kebenaran asasi, bahwa manusia, yang diciptakan menurut citra Allah, melalui kerjanya berperan serta dalam kegiatan Sang Pencipta, dan dalam batas-batas daya-kemampuan manusiawinya sendiri ia dalam arti tertentu tetap makin maju dalam menggali sumber-sumber daya serta nilai-nilai yang terdapat dalam seluruh alam tercipta. Kebenaran itu tercantum pada awal Kitab suci sendiri, dalam Kitab Kejadian , yang menyajikankarya penciptaan dalam bentuk ”kerja” yang dijalankan oleh Allah selama ”enam hari”, sedangkan Ia ”beristirahat” pada hari ketujuh. Selain itu kitab terakhir Kitab suci menggemakan sikap hormat yang sama terhadap segala yang telah dikerjakan oleh Allah melalui ”karya” penciptaan-Nya, bila menyatakan: ”Agung dan ajaiblah segala karya-Mu, ya Tuhan, Allah yang Mahakuasa!”Itu senada dengan Kitab Kejadian, yang menutup lukisan setiap hari penciptaan dengan pernyataan: ”Dan Allah melihat bahwa itu baik adanya”

Gambaran pencitaan, yang terdapat dalam bab pertama Kitab Kejadian dalam arti tertentu merupakan ”Injil Kerja” yang pertama. Sebab menunjukkan di mana letak martabat kerja: di situ diajarkan, bahwa manusia harus meneladan Allah Penciptanya dalam bekerja, sebab hanya manusialah yang mempunyai ciri unik menyerupai Allah. Manusia harus berpola pada Allah dalam bekerja maupun dalam dalam beristirahat, sebab Allah sendiri bermaksud menyajikan kegiatan- Nya menciptakan alam dalam bentuk kerja dan istirahat. Kegiatan Allah di dunia itu selalu berlangsung, seperti dikatakan oleh Kristus: ”Bapa-Ku tetap masih berkarya...”: Ia berkarya degnankuasa pencipta-Nya dengan melestarikan bumi, yang dipanggil-Nya untuk berada dari ketiadaan, dan Ia berkarya dengan kuasa penyelamat-Nya dalam hati mereka, yang sejak semula telah ditetapkan-Nya untuk ”beristirahat” dalam persatuan dengan diri-Nya di ”rumah Bapa”-Nya. Oleh karena itu kerja manusia pun tidak hanya memerlukan istirahat setiap”hari ketujuh”, melainkan tidak dapat pula terdiri hanya dari penggunaan tenaga manusiawi dalam kegiatan lahir. Kerja harus membuka peluang bagi manusia untuk menyiapkan diri, dengan semakin menjadi seperti yang dikehendaki oleh Allah, bagi ”istirahat” yang disediakan oleh Tuhan bagi para hamba dan sahabat- Nya.

Kesadaran, bahwa kerja manusia ialah partisipasi dalam kegiatan Allah, menurut Konsili, bahkan harus meresapi ”pekerjaan sehari-hari yang biasa sekali. Sebab pria maupun wanita, yang-sementara mencari nafkah bagi diri maupun keluarga mereka-melakukan pekerjaan mereka sedemikian rupa sehingga sekaligus berjasa-bakti bagi masyarakat, memang dengan tepat dapat berpandangan, bahwa dengan jerih-payah itu mereka mengembangkan karya Sang Pencipta, ikut memenuhi kepentingan sesama saudara, dan menyumbangkan kegiatan mereka pribadi demi terlaksananya rencana ilahi dalam sejarah”.

Spiritualitas Kristiani kerja itu harus merupakan warisan bagi semua. Khususnya pada zaman modern, spiritualitas kerja harus menampilkan kematangan yang dibutuhkan untuk menanggapi ketegangan-ketegangan dan ketidak-tenangan budi dan hati. ”Umat kristiani tidak beranggapan seolah-olah karya-kegiatan, yang dihasilkan oleh bakat-pembawaan serta daya-kekuatan manusia, berlawanan dengan kuasa Allah, seakan-akan ciptaan yang berakalbudi menyaingi Penciptanya. Mereka malahan yakin, bahwa kemenangan-kemenangan bangsa manusia justru menandakan keagungan Allah dan merupakan buah rencana-Nya yang tak terperikan. Adapun semakin kekuasaan manusia bertambah, semakin luas pula jangkauan tanggung jawabnya, baik itu tanggung jawab perorangan maupun tanggung jawab bersama. Maka jelaslah pewartaan kristiani tidak menjauhkan orang-orang dari usaha membangun dunia pun tidak mendorong mereka untuk mengabaikan kesejahteraan sesama; melainkan mereka justru semakin terikat tugas untuk melaksanakan itu”.

Kesadaran, bahwa melalui kerja manusia berperan serta dalam karya penciptaan merupakan motif yang terdalam untuk bekerja di pelbagai sektor. ”Jadi”-menurut Konstitusi ”Lumen Gentium”-”kaum beriman wajib mengakui makna sedalamdalamnya, nilai serta tujuan segenap alam tercipta, yakni: demi kemuliaan Allah. Lagi pula mereka wajib saling membantu juga melalui kegiatan duniawi untuk hidup dengan lebih suci, supaya dunia diresapi semangat Kristus, dan dengan lebih tepat mencapai tujuannya dalam keadilan, cinta kasih dan damai....Maka dengan kompetensinya di bidang profan serta dengan kegiatannya, yang dari dalam diangkat oleh rahmat Kristus, hendaklah mereka memberi sumbangan yang andal, supaya hal-hal tercipta dikelola dengan kerja manusia, keahlian teknis, serta kebudayaan yang bermutu, menurut penetapan Sang Pencipta dan
dalam cahaya Sabda-Nya”(LE 25)

Centesimus Annus (Ulang tahun ke seratus)
“....Sumber pertama segala sesuatu yang baik ialah karya Allah sendiri yang menciptakan bumi dan manusia, serta mengurniakan bumi kepada manusia, supaya manusia dengan jerih-payahnya menguasainya dan menikmati buahhasilnya (bdk. Kej 1:28-29). Allah menganugerahkan bumi kepada seluruh umat manusia, supaya bumi menjadi sumber kehidupan bagi semua anggotanya, tanpa mengecualikan atau mengutamakan siapapun juga. Itulah yang menjadi dasar mengapa harta-benda bumi diperuntukkan bagi semua orang. Sebab berkat kesuburannya dan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia,; bumi merupakan kurnia Allah yang pertama untuk menjadi sumber kehidupan baginya. Tetapi bumi tidak menghasilkan buah-buahnya tanpa tanggapan manusia yang khusus terhadap anugerah Allah, atau : tanpa kerja. Melalui kerja manusia dengan menggunakan akal-budi dan kebebasannya menguasai bumi, dan menjadikannya kediaman yang layak bagi dirinya. Begitulah manusia menjadikan miliknya sebagian bumi yang diperolehnya denganbekerja. Itulah asal-mula milik perorangan. Sudah jelaslah ia terikat kewajiban untuk tidak menghalang-halangi sesamanya mendapat bagiannya dari  kurnia Allah. Bahkan ia harus bekerja sama dengan mereka untuk bersama-sama menguasai 
seluruh bumi.....” (CA 31).


1.       Arti dan Makna Kerja Menurut Ajaran Gereja
Kerja atau bekerja adalah ciri hakiki hidup manusia. Dengan bekerja hidup manusia mempero leh arti. Dengan bekerja, seseorang merasa dirinya berharga di tengah keluarga dan masyarakat. Demi hormat terhadap martabat manusia tidak seorang pun boleh dihalangi bekerja. Demi harga diri setiap orang harus bekerja menanggung hidupnya sendiri dengan nafkah yang ia peroleh dan mendukung hidup bersama. Namun pekerjaan juga mempunyai makna religius. Allah sendiri dilukiskan sebagai Pencipta yang bekerja dari hari pertama sampai hari yang keenam dan pada hari yang ketujuh beristirahat dari pekerjaan yang dikerjakan-Nya. (Kej 1:1-2:3). Maka menyangkut hal ini perlu diperhatikan:
a)       Allah menyuruh manusia untuk bekerja.
b)       Dunia dan makhluk-makhluk lainnya diserahkan oleh Allah kepada manusia untuk dikuasai, ditaklukkan dan dipergunakan. (Kej 1:28-30).
c)       Dengan demikian manusia menjadi wakil Allah di dunia ini. Ia menjadipengurus dan pekerja yang menyelenggarakan ciptaan Tuhan.
d)       Dengan bekerja manusia bukan saja dapat bekerja sama dengan Tuhan, tetapi juga dengan Pekerja yang menyelenggarakan ciptaan Tuhan.
e)       Dengan bekerja manusia mendekatkan dirinya secara pribadi dengan Allah! Manusia akhirnya teruntuk bagi Allah sebagai yang terakhir. Kerja, akhirnya merupakan salah satu bentuk pengabdian pribadi kepada Allah sebagai tujuan akhir manusia. Disini menjadi nyata bahwa kerja sungguh bisa mempunyai aspek religius, selain aspek pribadi dan sosial.

2.       Hubungan antara Kerja dan Doa
a.       Ora et labora! Berdoa dan bekerjalah! Doa mempunyai peranan penting dalam pekerjaan kita. Dapat disebut antara lain:
1)       Doa dapat menjadi daya dorong bagi kita untuk bekerja lebih tekun, lebih tabah dan tawakal.
2)       Doa dapat memurnikan pola kerja, motivasi dan orientasi kerja kita, apabila sudah tidak terlalu murni lagi. Doa sering merupakan saat-saat refleksi diri dan kerja yang sangat efektif.
3)       Doa dapat menjadikan kerja manusia mempunyai aspek religius dan adikodrati.
b.       Doa dan kerja memiliki keterkaitan yang sangat erat. Semakin kita bekerja maka seharusnya semakin kita berdoa. Karena:
1)       Ketika kerja semakin banyak, dapat membuat orang semakin tenggelam dan terikat pada kerja. Maka doa sebagai refleksi atas kerja harus ditingkatkan supaya kerja tetap murni dalam segala aspek.
2)       Kalau kerja semakin banyak, tentu semakin dibutuhkan kekuatan dan dorongan. Doa dapat menjadi kekuatan bagi orang beriman. Doa dan kerja seharusnya merupakan ungkapan dan perwujudan iman seseorang.

3.       Kerja dan Istirahat
a.       Kerja dan istirahat merupakan dua hal yang saling melengkapi. Karena memerlukan istirahat, manusia seharusnya bekerja menurut irama alam seperti yang dilakukan oleh para petani dalam masyarakat pedesaan: peredaran hari dan pergantian musim menetapkan irama kerja dan istirahat. Namun di dunia industri irama semacam itu hancur: orang bekerja dalam irama mesin dan di bawah perintah orang lain. Tidak jarang orang kehilangan haknya untuk beristirahat demi target produksi. Dengan demikian kerja bukan merupakan bagian hidup manusia lagi, tetapi hanya merupakan sarana untuk mencapai suatu tujuan di luar manusia. Dengan kata lain pekerjaan menjadi sarana produksi melulu dan dengan demikian merendahkan martabat manusia
b.       Perlu kita ingat pekerjaan itu bernilai karena manusia sendiri bernilai. Dalam situasi di mana manusia tidak dapat menikmati nilai kerjanya secara pribadi dan langsung, maka upah dan kedudukannya dalam masyarakatlah yang mengungkapkan nilai kerjanya. Dalam hal ini manusia dipandang dan diperlakukan sebagai alat produksi, bukan sebagai citra Allah, suatu hal yang merendahkan martabat manusia.
c.        Kitab Suci Kejadian menceritakan bahwa Allah sendiri juga bekerja. Sebagai Pencipta, Ia bekerja enam hari lamanya dan beristirahat pada hari yang ketujuh (Kej 1:1-2:3). Bahkan Ia tetap bekerja sampai hari ini (Yoh 5:17). Sebagai citra Allah, manusia harus meneladani Dia, juga dalam bekerja. Semua orang harus bekerja apa pun kedudukan sosialnya atau jenis kelaminnya; “Enam hari lamanya engkau akan bekerja…..” (Kej 23:12). Dengan bekerja sehari-hari manusia berpartisipasi dalam usaha Tuhan Pencipta; ia diajak untuk turut menyempurnakan diri sendiri dan dunia (mengembangkan alam raya dengan kerjanya). Sekaligus dengan bekerja manusia memuliakan Allah dan mengabdi kepada-Nya sebagai tujuan akhirnya.
d.       Dalam Kitab Suci dikatakan, bahwa Tuhan tidak hanya bekerja, tetapi juga beristirahat. Hari ketujuh merupakan hari istirahat, setelah enam hari sebelumnya Ia bekerja. Ia menyuruh manusia untuk beristirahat juga setelah bekerja: “…hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhan, Allahmu; maka jangan melakukan suatu pekerjaan” (Kel 20:10). Maka sebagai citra Allah manusia tidak dapat dipaksa untuk bekerja secara terus menerus. Ia juga harus diberi kesempatan untuk beristirahat.
e.       Maka sebetulnya dalam firman Tuhan itu terkandung tiga kewajiban manusia; kewajiban bekerja, kewajiban beristirahat, dan kewajiban melindungi mereka yang harus bekerja dalam ketergantungan. Dengan demikian, hidup semua orang dilindungi. Jadi, jangan sampai kerja menjadi lebih penting daripada hidup dan hasil kerja dinilai lebih tinggi daripada manusia. Firman Tuhan mau membebaskan manusia dari penindasan manusia oleh pekerjaan dan perencanaannya sendiri. Tuhan menghendaki supaya manusia tetap tinggal sebagai “citra Allah” dan bukan alat produksi.




Komentar

SIFAT-SIFAT DALAM GEREJA KATOLIK

Sifat-Sifat Gereja Katolik A. Gereja yang Satu Kesatuan Gereja ini sangat nampak dalam:  Kesatuan iman para anggotanya. Kesatuan iman ini bukan kesatuan statis tetapi kesatuan yang dinamis, artinya iman yang sama namun diungkapkan dan dirumuskan secara berbeda-beda. Kesatuan di sini bukanlah keseragaman tetapi bisa dipahami seperti Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu.  Kesatuan dalam pimpinanya itu hierarki. Yesus memilih 12 rasul namun Ia juga memilih Petrus sebagai ketua para rasul. Dalam diri Petrus, Kristus menetapkan asas dan dasar kesatuan iman yang kemudian diteruskan dalam diri Paus juga masing-masing uskup sebagai pemimpin Gereja di sebuah wilayah.  Kesatuan dalam kebaktian dan kehidupan sakramental. Kebaktian dan sakramen-sakramen merupakan ekspresi simbolis dari kesatuan gereja artinya lewat kesatuan kebaktian, sakramen-sakramen yang diterima Nampak jelas kesatuan gereja itu sendiri. Gereja percaya akan kehendak Allah, sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci, bahwa orang-orang beriman kepada Kristus hendaknya berhimpun menjadi Umat Allah, dan menjadi satu Tubuh “Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. (1 Kor 12:12). Gereja Katolik percaya bahwa kesatuan itu menjadi begitu kokoh dan kuat karena secara historis bertolak dari penetapan Petrus sebagai penerima kunci Kerajaan Surga. Setelah Petrus menyatakan pengakuannya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup, maka Yesus-pun menyatakan akan mendirikan jemaat-Nya di atas batu karang yang alam maut tidak akan menguasainya (Mt 16:16-19). Demikianlah Petrus ditugaskan untuk menggembalakan domba-domba dengan cinta sehingga St. Ignatius dari Antiokia menyebut Gereja Roma sebagai “pemimpin cinta kasih”. Memang secara historis juga menjadi bagian dari kepercayaan bahwa para Paus merupakan pengganti Petrus (Paus yang pertama), yang memimpin Gereja bersama semua Uskup seluruh dunia secara kolegial disebut sebagai successio apostolica. Konsili Vatikan II menegaskan corak kolegial tugas penggembalaan ini yang bertanggungjawab bagi pelaksanaan tugas-tugas Gereja : memimpin/melayani, mengajar, dan menguduskan. Akhir-akhir ini dialog ekumenis dengan Gereja-gereja Angklikan, Ortodoks, dan Protestan menunjukkan semakin dirasakannya kebutuhan membangun kesatuan dalam penghayatan iman dan kerjasama sebagai murid-murid Kristus. B. Gereja yang Kudus Kekudusan Gereja Katolik Nampak dalam beberapa hal antara lain:  Sumber Gereja berasal adalah kudus. Gereja didirikan oleh Kristus. Gereja menerima kekudusan dari Kristus sendiri (Yoh 17: 11)  Tujuan dan arah Gereja adalah kudus. Gereja bertujuan untuk kemuliaan Allah dan penyelamatan manusia.  Jiwa Gereja adalah kudus sebab jiwa Gerejaa dalah Roh Kudus sendiri  Unsur-unsur Ilahi yang otentik/asli yang berada dalam Gereja adalah kudus misalnya ajaran-ajaran atau sakramen-sakramen.  Anggotanya adalah kudus karena ditandai oleh Kristus melalui pembaptisan dan dipersatukan melalui iman, harapan dan cinta yang kudus. Artinya, kita semua dipanggil menuju kekudusan. Ciri yang kedua dari gereja adalah kekudusannya, Gereja itu kudus. Gereja Katolik meyakini diri kudus bukan karena tiap anggotanya sudah kudus tetapi lebih-lebih karena dipanggil kepada kekudusan oleh Tuhan, “Hendaklah kamu sempurna sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya” (Mat 5:48). Perlu diperhatikan juga bahwa kategori kudus yang dimaksud terutama bukan dalam arti moral tetapi teologi, bukan soal baik atau buruknya tingkah laku melainkan hubungannya dengan Allah. Ini tidak berarti hidup yang sesuai dengan kaidah moral tidak penting. Namun kedekatan dengan yang Ilahi itu lebih penting, sebagaimana dinyatakan, “kamu telah memperoleh urapan dari Yang Kudus (1Yoh 2:20), yakni dari Roh Allah sendiri (bdk. Kis 10:38). Diharapkan dari diri seorang yang telah terpanggil kepada kekudusan seperti itu juga menanggapinya dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan kaidah-kaidah moral. C. Gereja yang Katolik Maksud yang terkandung dalam sifat Gereja yang ketiga ini adalah sebagai berikut:  Hidup di tengah segala bangsa.  Ajaran Gereja dapat diwartakan untuk segala bangsa dengan keanekaragamannya.  Gereja terbuka terhadap semua bangsa dari berbagai daerah, agama, suku dan budaya.  Iman dan ajaran gereja bersifat umum artinya dapat diterima dan dihayati oleh siapa saja. Kata katolik berasal dari kata Latin catholicus yang berarti universal atau umum. Nama yang sudah dipakai sejak awal abad ke II M. pada masa St. Ignatius dari Antiokia menjadi Uskup. Ciri ini juga sering berlaku untuk Gereja Anglikkan dan Ortodoks. Ciri katolik ini mengandung arti Gereja yang utuh, lengkap, tidak hanya setengah atau sebagian dalam mengetrapkan sistem yang berlaku dalam Gereja. Bersifat universal artinya Gereja Katolik itu mencakup semua orang yang telah dibaptis secara katolik di seluruh dunia dimana setiap orang menerima pengajaran iman dan moral serta berbagai tata liturgi yang sama di manpun berada. Kata universal juga sering dipakai untuk menegaskan tidak adanya sekte-sekte dalam Gereja Katolik. Konstitusi Lumen Gentium Konsili Vatikan ke II menegaskan arti kekatolikan itu : “Satu umat Allah itu hidup di tengah segala bangsa di dunia, karena memperoleh warganya dari segala bangsa. Gereja memajukan dan menampung segala kemampuan, kekayaan dan adat istiadat bangsa-bangsa sejauh itu baik. Gereja yang katolik secara tepat guna dan tiada hentinya berusaha merangkum segenap umat manusia beserta segala harta kekayaannya di bawah Kristus Kepala, dalam kesatuan Roh-Nya” (LG. 13). D. Gereja yang Apostolik Gereja yang apostolik memiliki makna sebagai berikut: Berasal dari para rasul dan tetap berpegang teguh pada kesaksian iman mereka yang hidup bersama Yesus. Tidak terpaku pada Gereja perdana namun tetap berkembang dibawah bimbingan Roh Kudus. Gereja berhubungan dengan para rasul yang diutus oleh Kristus sendiri. Hubungan itu tampak dalam beberapa hal berikut: - Fungsi dan kuasa hierarki diwariskan dari para rasul. - Ajaran-ajaran Gereja diturunkan dan berasal dari kesaksian para rasul. - Ibadat dan struktur Gereja pada dasarnya berasal dari para rasul. “Apostolik” atau rasuli berarti bahwa Gereja berasal dari para rasul dantetap berpegang teguh pada kesaksian iman mereka itu. Kesadaran bahwa Gereja “dibangun atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru”, sudah ada sejak zaman Gereja perdana sendiri (bdk Ef 2:20, Bdk Why 21:14), tetapi sebagai sifat khusus keapostolikan baru disebut akhir abad ke-4. Dalam perjanjian Baru kata “rasul” tidak hanya dipakai untuk keduabelas rasul yang namanya disebut dalam Injil (lih Mat 10:1-4) Hubungan historis itu tidak boleh dilihat sebagai macam “estafet”, yang didalamnya ajaran benar bagaikan sebuah tongkat dari rasul-rasul tertentu diteruskan sampai kepada para uskup sekarang. Yang disebut “Apostolik” bukanlah para uskup, melainkan Gereja. Sifat apostolik berarti bahwa Gereja sekarang mengaku diri sama dengan gereja Perdana, yakni Gereja para rasul. Dimana hubungan historis ini jangan dilihat sebagai pergantian orang, melainkan sebagai kelangsungan iman dan pengakuan. Sifat apostolik tidak berarti bahwa Gereja hanya mengulang-ulangi apa yang sejak dulu kala sudah diajarkan dan dilakukan di dalam Gereja, keapostolikan berarti bahwa dalam perkembangan hidup, tergerak Roh Kudus, Gereja senantiasa berpegang pada Gereja para rasul sebagai norma imannya. Bukan mengulangi, tetapi merumuskan dan mengungkapkan kembali apa yang menjadi inti hidup iman. Karena seluruh Gereja bersifat apostolik, maka seluruh Gereja dan setiap anggotanya, perlu mengetahui apa yang menjadi dasar hidupnya. Sifat Apostolik (yang betul-betul dihayati secara nyata) harus mencegah Gereja dari segala rutinisme yang bersifat ikut-ikutan. Keapostolikan berarti bahwa seluruh Gereja dan setiap anggotanya tidak hanya bertanggungjawab atas ajaran Gereja, tetapi juga atas pelayanannya. Sifat keapostolikan Gereja tidak pernah “selesai”, tetapi selalu merupakan tuntutan dan tantangan. Gereja, yang oleh Kristus dikehendaki satu, kudus, Katolik, Apostolik, senantiasa harus mengembangkan dan menemukan kembali kesatuan, kekatolikan, kaeapostolikan, dan terutama kekudusannya. Sifat-sifat Gereja diimani, berarti harus dihayati, oleh Gereja seluruhnya dan oleh masing-masing anggotanya. Dengan ciri ini mau ditegaskan adanya kesadaran bahwa Gereja “dibangun atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef. 2:20). Gereja Katolik mementingkan hubungan historis, turun temurun, antara para rasul dan pengganti mereka, yaitu para uskup. Dengan demikian juga menjadi jelas mengapa Gereja Katolik tidak hanya mendasarkan diri dalam hal ajaran-ajaran dan eksistensinya pada Kitab Suci melainkan juga kepada Tradisi Suci dan Magisterium Gereja sepanjang masa. Yang disebut Tradisi Suci adalah pengajaran yang bersumber pada ajaran lisan sejak zaman Yesus dan para Rasul. Antara keduanya, Tradisi Suci dan Kitabsuci, tidak ada perbedaannya bahkan saling melengkapi karena berasal dari sumber yang sama. Ini juga sesuai dengan yang tertulis pada Injil Yohanes, “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu” (Yoh 21:25). Sedangkan Magisterium Gereja artinya adalah wewenang yang dimiliki sebagai warisan oleh Gereja untuk mengajar dan menafsirkan Kitab Suci. Sebagaimana diketahui bahwa tak semua ayat pada Kitab Suci mudah untuk dimengerti maka Gereja adalah pihak yang berwewenang untuk menafsirkannya agar umatnya tidak tersesat (bdk. Kis 8:30-31). Wewenang Gereja mengajar juga adalah warisan sebagaimana Kristus telah menyerahkan-Nya kepada Petrus dan para Rasul untuk mengajar atas nama-Nya (bdk. Mt. 16:13-20; Luk 10:16). Dalam prakteknya Gereja selalu dengan seksama menyelenggarakan pengajaran iman atau penafsiran Kitab Suci itu dengan tenaga pengajar yang qualified dan menggunakan buku-buku resmi yang dicetak seizin Uskup (imprimatur) dan sudah dinyatakan isinya tanpa sesat (nihil obstat).

LKPD SISWA KELAS 10 MIPA 1

  LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) MENGEMBANGKAN KARUNIA  ALLAH Sekolah                                 :     SMA Katolik Santo Fransis...